IGS Beberkan Sejumlah Tantangan Gas RI
JAKARTA - Chairman Indonesia Gas Society (IGS) Aris Mulya Azof membeberkan sejumlah tantangan yang masih dihadapi RI dalam pengembangan gas dalam negeri. Menurut Aris, tantangan yang dimaksud berasal dari sektor hulu, hilir hingga regulasi.
Dari sektor hulu, Aris menyebut tingginya risiko pengembangan hulu migas berdampak pada rendahnya investasi yang masuk.
"Dari sektor hulu, kita tahu sektor hulu merupakan pengembangan industri yang berisiko tinggi dan berdampak pada bagaimana kita undang investor masuk dalam udaha industri hulu," ujarnya dalam webinar Menelisik Kesiapan pasokan Gas untuk Sektor Industri dan Pembangkit Listrik, Rabu 28 Februari.
Aris juga menyebut ttgan lain yang dihadapi dari sektor hulu adalah temuan cadangan gas sebagian besar tersebar di remote area yang sulit terjangkau , berada di laut dalam dan kandungan impurities yang tinggi seperti CO2, sulfur dan air. Kemudian penurunan eksisting produksi gas akibat natural depletion.
Kemudian dari sektor hilir, tantangan yang dihadapi adalah kondisi geografis RI yang sebagian besar merupakan negara kepulauan berdampak pada terbatasnya infrrastruktur seperti jaringan gas, Floating Storage and Regasification Unit (FSRU).
Kemudian tidak meratanya demand antar wilayah karena industri sebagian besar terpusat di wilayah Jawa dibandingkan wilayah Indonesia lainnya.
BACA JUGA:
"Lokasi supply demand gas yang tersebar seluruh indonesia dan willingness to pay konsimen yang masih rendah. Gas dari wilayah remote area butuh cost besar sehingga ke depan there will be no cheap gas," sambung Aris.
Sementara dari sisi regulasi, Aris menjelaskan yang menjadi tantangan adalah kurang menariknya skema pengembangan infasrtuktur bagi investor.
"Oleh karena itu memang perlu ada dorongan agar memberi insentif bagi investor, BUMN mauopun swasta untuk masuk dalam skema pengembangan infrastruktur," imbuh dia.
Dan terakhir regulasi yang belum mencakuo kebutuhan seluruh sektor baik upstream midstream maupun downstream.