Bagikan:

JAKARTA - PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) melaporkan bahwa 14 BUMN sakit yang saat ini sedang menjalani restrukturisasi sudah mulai menunjukkan sejumlah kemajuan positif.

Sekadar informasi, PPA sebagai bagian dari Holding BUMN Danareksa mendapat mandat Surat Kuasa Khusus dari Menteri BUMN Erick Thohir untuk melakukan restrukturisasi atas 21 BUMN Titip Kelola.

Direktur Utama PPA Muhammad Teguh Wirahadikusumah mengatakan dari 21 BUMN yang dititip kelolakan ini, sebanyak 7 BUMN dilakukan penutupan karena sudah tidak memiliki nilai ekonomis dan sudah tidak memberikan manfaat bagi masyarakat sesuai tujuan pendirian BUMN.

“Sedangkan, Proses restrukturisasi 14 BUMN titip kelola lainnya mulai menunjukkan sejumlah kemajuan positif,” tuturnya dalam keterangan resmi, Kamis, 18 Januari.

Adapun 14 BUMN titip kelola tersebut adalah PT Amarta Karya (Persero), PT Barata Indonesia (Persero), PT Boma Bisma Indra (Persero), PT Djakarta Lloyd (Persero), dan PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero).

Kemudian, PT Industri Kapal Indonesia (Persero), PT Indah Karya (Persero), PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero), PT Semen Kupang (Persero), dan PT Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam (Persero), Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI), PT Primissima (Persero), serta PT Varuna Tirta Prakasya (Persero).

Teguh bilang sejak mendapatkan amanat Surat Kuasa Khusus pada akhir 2020 lalu, PPA telah melakukan kajian menyeluruh, mulai dari SDM dan organisasi, operasional, keuangan, hukum, serta kebijakan.

Lebih lanjut, dia bilang, kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan dan memperkuat model bisnis yang berkelanjutan (sustainable business model) pada masing-masing BUMN titip kelola.

“Selanjutnya, tahapan restrukturisasi dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek, yaitu hukum, sosial, bisnis, dan keuangan, dengan mengedepankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Sehingga, hasil penilaian tersebut menjadi dasar pertimbangan yang kuat dalam menentukan arah penanganan BUMN ke depan,” jelasnya.

Teguh mengatakan PPA sebelumnya sudah menyelesaikan revitalisasi Lokananta yang merupakan aset PNRI di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Lokananta kini menjadi destinasi wisata musik Indonesia dengan konsep baru sebagai Creative & Commercial Hub bagi para musisi, seniman, dan UMKM.

Dalam mengoptimalisasi dan mengembangkan bisnis BUMN Titip Kelola, sambung Teguh, PPA juga melakukan transformasi pada BUMN Galangan, yaitu DKB, IKI, dan DPS, untuk berintegrasi menjadi suatu Platform Galangan Nasional dengan cakupan yang luas di titik-titik strategis pelayaran Indonesia.

Di samping itu, PPA juga mengintegrasikan BUMN Manufaktur, yaitu Barata Indonesia dan BBI, untuk menjadi perusahaan manufaktur yang berkelanjutan dengan produk unggulan dan jasa yang holistik dengan didukung integrated value chain dengan struktur keuangan yang kuat.

“PPA juga menjajaki potensi kemitraan strategis dengan investor untuk dapat mengoptimalisasi sekaligus memberikan nilai tambah dalam pengembangan dua BUMN Titip Kelola, yaitu Semen Kupang di kawasan Indonesia Timur dan Primissima sebagai pendukung industri batik nasional,” jelasnya.

PPA juga melakukan restrukturisasi dan penguatan bisnis Djakarta Lloyd dan VTP agar ke depan dapat menjadi bagian dari ekosistem logistik BUMN. Termasuk melakukan penanganan atas Amarta Karya dan Indah Karya.

Pasca homologasi tercapai pada September 2023 lalu, Amarta Karya saat ini sedang melakukan refokus pada bisnis steelworks agar memiliki cashflow yang sustain. Sementara itu, Indah Karya saat ini dalam proses restrukturisasi secara kolektif melalui beberapa opsi penyelesaian kewajiban dengan fokus kembali pada core business-nya.

“Restrukturisasi BUMN titip kelola adalah komitmen nyata PPA untuk turut berkontribusi terhadap upaya transformasi BUMN dalam empat tahun terakhir. Karena itu, kami berharap dukungan dari seluruh pihak agar proses restrukturisasi ini dapat berjalan baik, sehingga BUMN Titip Kelola ini dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian dan masyarakat,” tutup Teguh.