JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengkaji berbagai opsi untuk menekan impor LPG yang selama ini masih dilakukan Indonesia.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan jika saat ini Indonesia belum bisa memproduksi LPG dalam jumlah besar.
Asal tahu saja, RI baru bisa memproduksi 1,2 juta ton per tahun. Padahal kebutuhan dalam negeri mencapai 8 juta ton per tahun, sehingga sisanya sebesar 6,8-6,7 juta ton masih diimpor.
"Itu kan besar sekali 77 persen kita impor. Kita banyak gagasan untuk mengupayakan itu jadi masih digodok," ujar Tutuka yang dikutip Jumat 12 Januari.
Menurut Tutuka, sumber gas yang kaya akan C3 dan C4 tidak banyak.
Untuk itu, kata dia, Kementerian ESDM bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) masih mengidentifikasi segala sumber gas di hulu yang memiliki sumber gas yang kaya akan C4 dan C3.
"Elpiji coba kita identifikasi hulunya. Jadi sumber gas lapangan gas yang rich c3 dan c4 kita identifikasi. Nanti dari situ kita kan harus bangun kilang elpiji berapa jumlahnya bisa di tambahkan untuk produksi dalam negeri," imbuh Tutuka.
BACA JUGA:
Opsi lain yang akan diambil pemerintah adalah dengan lebih banyak menggunakan sumber gas yang sudah ada yakni dengan pemanfaatan gas pipa, jaringan gas (jargas) dan penggunaa compressed natural gas (CNG).
"Kita upayakan supaya CNG bisa lebih banyak dipakai," pungkas Tutuka.