Bagikan:

JAKARTA - Holding BUMN Pangan, ID FOOD memasang target pendapatan di angka Rp19,5 triliun di tahun ini atau naik sekitar 30 persen dibandingkan realisasi tahun 2023. Sementara, untuk laba yang diincar yakni Rp160 miliar.

Dirut ID FOOD Frans Marganda Tambunan mengatakan target pertumbuhan yang dipasang di tahun ini memang cukup tinggi. Meski begitu, Frans optimistis target ini dapat di capai.

“Pendapatan Rp19,5 triliun, naik. Tahun ini kurang lebih sektiar Rp15 triliun. Naik hampir 30 persen. Jadi growthnya juga cukup tinggi,” katanya usai acara HUT ke-2 ID FOOD, di Waskita Rajawali Tower, Jakarta, Senin, 8 Januari.

Frans mengatakan target laba yang dipasang perseoran juga naik. Dimana tahun ini Holding BUMN pangan tersebut menargetkan dapat memperoleh laba sebesar Rp160 miliar.

“Bottomline, tahun ini estimasi kita daei Rp60-an (miliar) jadi Rp160 miliar. Yang diliat jangan kecilnya, tapi ingat 2020 perusahan ini masih minus Rp800 miliar,” tuturnya.

Untuk mencapai target tersebut, Frans bilang ID FOOD akan fokus untuk melakukan transformasi bisnis. Mulai dari keuangan, model bisnis hingga opersional perusahaan.

“Ini enggak bisa (kerja) kalau enggak ada uang. Gak ada konsep model bisnis, kita gak tahu mau melakukan apa. Sementara punya konsep dan model bisnis tapi gak bisa ekseskusi secara operasional kan sama saja tidak akan bisa berjalan. Jadi keuangan, model bisnis, dan operasional ini satu paket, tidak bisa dipisahkan,” tuturnya.

Frans bilang dari sisi keuangan, saat ini perseroan sedang menjalankan program transformasi EBITDA. Menurut dia, dampak dari transformasi yang dijalankan ini sudah bisa dirasakan.

“Dampaknya telah dapat dirasakan, performa perseroan terus tumbuh dengan 112 persen kenaikan EBITDA dan 228 persen Kenaikan Operating Profit,” tuturnya.

Lebih lanjut, Frans mengatakan perbaikan struktur keuangan dan cost leadership menjadi program lain yang juga terus digenjot. Ia mengatakan, saat ini tercatat terjadi penurunan DER sebesar 23 persen sehingga menjadikan postur keuangan perseroan lebih sehat.

“Pengelolaan keuangan yang efisien berfokus pada meningkatkan gross margin, dengan mengedepankan pengendalian biaya-biaya, hal ini berdampak pada pertumbuhan Net Profit Margin sebesar 2,3 persen,” terangnya.