Tekan Impor, Bapanas Optimalkan Pemenuhan Cadangan Pangan dari Hasil Petani dalam Negeri
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi ingin mengoptimalkan hasil petani dalam negeri dan tekan impor pangan (dok. Bapanas).

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan pihaknya akan menekan jumlah impor pangan. Salah satu caranya dengan mengoptimalkan serapan hasil produksi petani dalam negeri untuk Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).

Lebih lanjut, Arief mengatakan yang terpenting saat ini ialah adanya kepastian offtake hasil produksi petani dan peternak.

“Sehingga sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo, silakan sedulur petani dan peternak berproduksi. Nanti BUMN pangan ditugaskan untuk menyerap dengan fungsinya sebagai standby buyer,” kata Arief dalam keterangannya, Minggu, 7 Januari 2024.

Arief juga meminta Perum Bulog dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pangan lainnya untuk bersiap menyerap hasil produksi petani dengan harga yang baik.

Dia lebih lanjut mengatakan jika sudah waktunya, Perum Bulog akan bersinergi dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan koperasi untuk menyerap hasil produksi petani.

Untuk penyerapan tersebut, sambung Arief, pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menetapkan plafon pinjaman yang dapat diberikan subsidi bunga dengan skema penjaminan dari pemerintah.

Pinjaman hingga Rp28,7 triliun adalah yang dapat diberikan subsidi bunga oleh pemerintah kepada BUMN Pangan, yaitu Perum Bulog dan ID FOOD.

Masih Impor Beras

Meski begitu, Arief mengungkapkan untuk komoditas beras, selain berharap pada optimalisasi penyerapan beras di semester pertama tahun 2024, pemerintah juga masih akan melanjutkan kebijakan importasi demi menjaga keseimbangan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

“Kebijakan tersebut merupakan keputusan pemerintah untuk mengantisipasi defisit neraca bulanan. Pada saat yang sama, bantuan pangan beras terus digulirkan kepada masyarakat berpendapatan rendah untuk menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi,” jelasnya.

Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras bulanan pada Januari 2024 sebesar 0,9 juta ton dan Februari 2024 sebesar 1,3 juta ton.

Ini berada di bawah rata-rata konsumsi beras bulanan yang diperkirakan sebesar 2,5 juta ton.

“Kita tidak bisa menunggu stok habis sehingga perlu antisipasi agar stabilitas pangan tetap terjaga. Jadi, kita perlu siapkan beberapa bulan ke depan,” katanya.

Apalagi, lanjut Arief, dampak El Nino terhadap penurunan produksi baru terasa dua atau tiga bulan berikutnya. Sementara itu, pada saat yang sama pemerintah juga terus menggulirkan bantuan pangan beras.