JAKARTA - Kecelakaan antara kereta api (KA) Turangga relasi Surabaya Gubeng-Bandung dan Commuterline Bandung Raya yang terjadi di km 181+700 petak jalan antara Stasiun Haurpugur-Stasiun Cicalengka pada Jumat pagi, 5 Januari, meninggalkan duka mendalam bagi dunia perkeretaapian di Tanah Air.
Pasalnya, kecelakaan tersebut telah menyebabkan setidaknya empat orang meninggal dunia.
Pengamat Transportasi Publik Djoko Setijowarno melihat, hingga kini masih terdapat jalur tunggal (single track) di jalur kereta api di Indonesia.
Hal itu pun menjadikan jalur tersebut rawan kecelakaan.
"Jalur tunggal (single track) memang lebih rawan kecelakaan ketimbang double track. Oleh sebab itu, ketika memberangkatkan KA dari stasiun harus lebih hati-hati. Dipastikan kondisi jalur (track) yang akan dilewati dalam kondisi bebas perjalanan KA hingga stasiun berikutnya," ujar Djoko kepada VOI, Jumat.
Djoko menyebut, sebenarnya jalur kereta api ganda (double track) di Pulau Jawa sudah mencapai 80 persen.
Akan tetapi, memang untuk perlintasan di sekitar Cicalengka sendiri masih dalam rencana pembangunan yang ditargetkan akan selesai pada tahun ini.
"Lintasan ini sebagian sudah double track. Namun, memang perlu didalami pengoperasian di Stasiun Cicalengka," ujarnya.
BACA JUGA:
Saat ditanyai lebih lanjut soal dugaan penyebab utama terjadinya kecelakaan tersebut, Djoko belum bisa memberikan jawabannya.
"Setiap kejadian akan berbeda secara spesifik penyebabnya. KNKT akan investigasi lebih dalam," imbuhnya.