YOGYAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, inflasi Indonesia tahun 2023 sebesar 2,61 persen year on year (yoy). Angka tersebut jadi yang paling rendah dalam sejarah selama 20 tahun terakhir. Lalu apa penyebab inflasi Indonesia 2,61%?
Penyebab Inflasi Indonesia 2,61%
Plt Kepala Badan Pusat Statistik Amalia A. Widyasanti mengatakan bahwa inflasi Indonesia di tahun 2023 menjadi rekor. Namun rekor tersebut tak memasukkan inflasi periode pandemi 2021. Ia mengungkapkan bahwa inflasi Indonesia tahun 2023 tersebut disebabkan karena kencenderungan penurunan inflasi inti di 2023.
Di bulan Desember 2023, komponen inti tahunan mengalami inflasi hingga 1,80%. Berdasarkan data BPS, komponen tersebut memberi andil 1,1%. Inflasi inti bulan Desember ini tercatat lebih rendah dibandingkan tiga bulan sebelumnya, yakni pada November sebesar 1,87% sedangkan bulan Oktober sebesar 1,91%, dan September sebesar 2,00%.
Di tahun ini harga harga yang diatur pemerintah atau administered prices juga mengalami penurunan yang cukup drastis jika dibandingkan dengan September di tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan lantaran tidak ada kenaikan harga BBM tahun 2023.
Sedangkan untuk komponen harga bergejolak, inflasi relatif masih fluktuatif. Kondisi tersebut disebabkan oleh banyak faktor eksternal, terutama karena dampak cuaca termasuk fenomena El Nino
"Namun kalau dilihat andilnya dari Januari - Desember terlihat dalam tren turun. Peran seluruh pemangku kepentingan tentunya berbagai stakeholder sangat signifikan dalam upaya pengendalian inflasi sehingga inflasi di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara lain. dan inflasi kita pun dalam pengendalian cukup baik," jelas Amalia lewat rilis berita resmi statistik (BRS), Selasa. 2 Januari 2024.
Jika dilihat dari kelompok pengeluaran, inflasi pada perumahan, air, listrik serta bahan bakar rumah tangga dan transportasi juga lebih rendah di tahun ini.
"Sekali lagi itu perlu diinfokan bahwa ada base effect. Kenapa inflasi 2023, lebih rendah dari 2022," jelasnya lagi.
Selain itu, faktor lain yang ikut berpengaruh adalah adanya upaya terkoordinasi dan terstruktur antara Pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan pemangku kepentingan demi menjaga inflasi. Hal tersebut jadi salah satu faktor mengapa Pemerintah berhasil menahan laju inflasi di Indonesia.
"Memastikan sisi supply yang terjaga dan distribusi yang baik jadi kunci keberhasilan Indonesia dapat menjaga inflasi dalam rentang sasaran," katanya.
Dampak Inflasi untuk Indonesia
Dikutip dari situs Bank Indonesia, inflasi adalah naiknya harga barang dan jasa secara umum yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu terntentu. Naiknya beberapa barang dan jasa tidak bisa dikatakan inflasi, baru bisa masuk dalam kategori tersebut jika kenaikan terjadi secara luas.
Untuk menjaga ekonomi tetap stabil, inflasi juga harus dijaga agar tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Inflasi yang tinggi dikhawatirkan membuat harga barang dan jasa tidak terjangkau oleh masyarakat.
Mengutip bi.go.id, inflasi yang rendah sekaligus stabil penting demi pertumbuhan ekonomi yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Di tahun 2023, capaian inflasi yang berhasil dicatatkan berada di bawah dari target yang ditetapkan yakni 2% hingga 4%.
Itulah informasi terkait penyebab inflasi Indonesia 2,61%. Kunjungi VOI.ID untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.