Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada hari selasa 19 Desember 2023 diperkirakan akan kembali bergerak menguat ditengah ekspetasi Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) akan melakukan pemangkasan suku bunga.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari senin 18 Desember, Kurs rupiah spot melemah 0,12 persen ke Rp15.510 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup melemah 0,08 persen ke level harga Rp15.516 per dolar AS.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan pernyataan dari Presiden Federal Reserve New York John Williams telah mematahkan ekspektasi agresif terhadap penurunan suku bunga.

"Pelaku pasar memperkirakan penurunan suku bunga pertama kemungkinan terjadi pada bulan Maret dan penurunan sebesar 141 basis poin pada bulan Desember," Jelasnya dalam keterangan resminya selasa 19 Desember.

Selain itu, Pidato Ketua Fed Jerome Powell sebelumnya ditafsirkan memberikan nada yang lebih dovish pada akhir pertemuan dua hari bank sentral AS. Powell mengatakan bahwa pengetatan kebijakan moneter kemungkinan besar akan berakhir, dan diskusi mengenai pemotongan akan diperhatikan.

Selanjutnya, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa bank sentral AS dapat mulai menurunkan suku bunga sekitar kuartal ketiga tahun 2024, jika inflasi turun seperti yang diperkirakan.

Kemudian, Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee juga mengatakan bahwa The Fed mungkin perlu segera mengalihkan fokusnya untuk mencegah peningkatan pengangguran guna memerangi.

Ibrahim menyampaikan neraca perdagangan Indonesia kembali menorehkan surplus Rp2,41 miliar pada November 2023. Ini merupakan surplus ke-43 kalinya sejak Mei 2020.

Namun, nilai surplus perdagangan Indonesia turun jika dibandingkan 3,48 miliar dolar AS pada Oktober 2023. Bahkan surplus ini jauh menurun, jika dibandingkan dengan dari 5,10 miliar dolar AS pada bulan yang sama tahun 2022.

"Capaian surplus pada November ini berada di bawah perkiraan pasar. Pasar memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia di bulan November sekitar 3 miliar dolar AS," Jelasnya.

Ibrahim menyampaikan surplus kali ini sebenarnya lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Hal ini seiring dengan penurunan ekspor yang terjadi, imbas penurunan harga komoditas internasional.

"Penurunan surplus perdagangan Indonesia di bulan November dan kemungkinan Desember disebabkan oleh faKtor eksternal, yakni penurunan permintaan dunia menyebabkan penurunan Indeks Harga Perdagangan Internasional (IHPI) dan gejolak nilai tukar yang menyebabkan ketidakpastian perdagangan," Jelasnya.

Adapun, IHPI mengalami penurunan dari 175,2 pada Oktober 2023, menjadi 174,5 pada November 2023. Adapun, penguatan nilai tukar dari Rp15.916 per dolar AS di bulan oktober 2023 menjadi Rp 15.384 per dolar AS di bulan November 2023.

Selain itu, faktor geopolitik, perang Rusia dan Ukraina, Israel dan Hamas serta faktor "wait and see" dari mitra dagang Indonesia menunggu kepastian Pemilu 2024, juga mempengaruhi kinerja perdagangan Indonesia.

Namun demikian, adanya pengaruh dari faktor internal pada neraca perdagangan Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbatas pada level 5 persen.

Menurut Ibrahim ini artinya pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dibawah potensi optimal antara 5-6 persen per tahun. Hal ini tercermin dalam rasio investasi yang belum beranjak dari tingkat 30 persen terhadap PDB.

Kemudian, kontribusi sektor manufaktur tahun 2022 sudah dibawah 20 persen dari PDB. Kontribusi manufaktur yang menurun ini diterjemahkan sebagai 'deindustrialisasi.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan selasa 19 Desember dalam rentang harga Rp15.480- Rp15.550 per dolar AS.