Bagikan:

JAKARTA - Pasar modal Indonesia masih terus menunjukkan resiliensi yang tinggi dalam menghadapi volatilitas perekonomian saat ini. Tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan sebesar 0,08 persen pada level 7.009,63 pada penutupan perdagangan 24 November 2023. Secara year to date (YTD), IHSG turut mengalami kenaikan sebesar 2,32 persen dari posisi 6.850,98 pada 2 Januari 2023.

Selain itu, Pasar Modal Indonesia turut mengukir sejarah baru dengan jumlah perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menembus 900 emiten.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyampaikan total pencapaian perusahaan yang tercatat telah melebihi 900 berkat kolaborasi seluruh stakeholders di pasar modal, melalui Initial Public Offering (IPO) dan menjadi sejarah baru sekaligus membawa BEI masuk lima besar global dari segi perusahaan tercatat.

“Hari ini juga merupakan hari bersejarah bagi perjalan pasar modal, di mana hari ini jumlah perusahaan berhasil mencapai angka lebih dari 900 perusahaan. Ini menunjukan pasar modal kita dapat diandalkan dan dipercaya sebagai sumber modal alternatif untuk bertumbuh besar,” kata Iman di BEI, 8 November.

Adapun, jumlah perusahaan tercatat saham di BEI pada 2023 sebanyak 77 perusahaan melalui skema penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan total dana yang dihimpun sebanyak Rp54,3 triliun.

Iman menyampaikan hingga saat ini masih terdapat sekitar 27 perusahaan yang antre atau berada di pipeline untuk IPO dan jika ditinjau dari jenis usaha, perusahaan tercatat saham di BEI saat ini didominasi oleh sektor Consumer Cyclicals yang mencapai 16,9 persen dari total dengan jumlah 152 perusahaan.

Selanjutnya sektor lainnya yang mendominasi adalah sektor Consumer Non-Cyclicals, sektor Financials dan Basic Materials, masing-masing sebesar 13,7 persen, 11,8 persen dan 11,3 persen dari total perusahaan tercatat di BEI.

Sedangkan secara geografis, persebaran perusahaan tercatat BEI masih berpusat di DKI Jakarta, yaitu sebesar 71,4 persen dari total atau sejumlah 643 perusahaan tercatat. Adapun provinsi dengan perusahaan tercatat terbanyak selanjutnya adalah Jawa Barat sebesar 8,3 persen dan Banten sebesar 7,7 persen.

Iman optimis bahwa akan semakin banyak perusahaan dari berbagai sektor usaha di berbagai daerah Indonesia yang mencatatkan sahamnya dan memanfaatkan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan.

Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Untuk itu, Iman menyampaikan berbagai upaya BEI lakukan untuk menjaring calon perusahaan tercatat yaitu dengan memberikan edukasi terkait IPO dalam bentuk seminar, coaching clinic, masterclass, one-on-one, baik di pusat atau di daerah melalui Kantor Perwakilan BEI.

Dalam hal peningkatan kualitas calon perusahaan tercatat, BEI telah melakukan penyesuaian Peraturan Nomor I-A pada tahun 2021 mengenai persyaratan keuangan dan kapitalisasi pasar yang diharapkan dapat lebih mengakomodasi berbagai jenis perusahaan.

Setelah diberlakukan penyesuaian Peraturan I-A, rata-rata kapitalisasi pasar perusahaan tercatat mencapai Rp10,3 triliun atau tumbuh sebesar 254,8 persen. Sementara, rata-rata jumlah dana yang dihimpun (fund raised) dan aset masing-masing mencapai Rp837,7 miliar dan Rp4,8 triliun atau tumbuh 54,8 persen dan 146,1 persen.

Head of Business Development Division HPAM Reza Fahmi mengatakan pasar modal Indonesia memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Selain itu, pasar modal dapat menjadi sumber pembiayaan alternatif bagi pemerintah dan sektor swasta untuk melaksanakan proyek-proyek yang berdampak positif bagi lingkungan, sosial, dan tata kelola.

"Pasar modal juga dapat menjadi sarana edukasi dan sosialisasi bagi masyarakat untuk lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap isu-isu pembangunan berkelanjutan," jelasnya kepada VOI, Jumat 24 November.

Adapun, beberapa contoh produk dan layanan pasar modal yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan seperti Surat Utang Negara Berkelanjutan (Sustainable Bonds), Obligasi Hijau (Green Bonds) atau Sukuk Hijau (Green Sukuk), Obligasi Sosial (Social Bonds) atau Sukuk Sosial (Social Sukuk), Obligasi Berkelanjutan (Sustainability Bonds) atau Sukuk Berkelanjutan (Sustainability Sukuk), Dana Investasi Berkelanjutan (Sustainable Funds), dan Indeks Berkelanjutan (Sustainable Index).

Selain itu, pasar modal Indonesia juga telah mengeluarkan berbagai regulasi dan inisiatif untuk mendorong pengembangan pasar modal berkelanjutan, seperti:

- Peraturan OJK Nomor 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik.

- Peraturan OJK Nomor 60/POJK.04/2017 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Berkelanjutan.

- Pedoman Penerbitan dan Pelaporan Obligasi Berkelanjutan Indonesia (Indonesia Sustainable Bond Guidelines).

- Pedoman Pengelolaan Dana Investasi Berkelanjutan (Sustainable Fund Management Guidelines).

- Roadmap Keuangan Berkelanjutan Indonesia 2019-2024 (Indonesia Sustainable Finance Roadmap 2019-2024).

- Komite Nasional Keuangan Hijau (KNKH) atau National Green Finance Committee, yaitu komite yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi pengembangan keuangan hijau di Indonesia.

Reza menyampaikan pasar modal memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan keberlanjutan seperti dapat memobilisasi tabungan dan peningkatan modal dan mengarahkannya ke proyek yang sejalan dengan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG).

Selain itu, Reza menambahkan pasar modal dapat mengubah visi perusahaan dengan memasukkan kriteria ESG ke dalam praktik manajemen terbaik mereka dengan membatasi akses keuangan bagi mereka yang melanggar ESG dan dapat mempengaruhi praktik tata kelola perusahaan yang baik yang mendorong pembangunan berkelanjutan melalui mekanisme kepemilikan.

"Pasar modal dapat menjembatani perusahaan mencari pendanaan sebagai langkah transisi mengurangi emisi karbon dan dapat mendorong inovasi dan pengembangan produk dan layanan yang berbasis prinsip keuangan berkelanjutan," ujarnya.

Menurut Reza kontribusi pasar modal pada perekonomian Indonesia yaitu turut memberikan efek bergulir (multiplier effect) yang besar terhadap perekonomian, seperti meningkatkan penerimaan pajak, mendorong pertumbuhan dan ekspansi bisnis, serta meningkatkan nilai perusahaan.

"Pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan untuk memperoleh modal usaha yang lebih murah dan fleksibel dibandingkan dengan pinjaman bank. Serta menyalurkan dana dari investor kepada perusahaan yang membutuhkan dana untuk investasi produktif, sehingga meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya," jelasnya.

Reza menyampaikan pasar modal juga turut memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berinvestasi dan mendapatkan keuntungan, sehingga meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pendapatan. Serta mendukung program pemerintah dalam hal pembiayaan pembangunan, peningkatan infrastruktur, dan pengembangan sektor-sektor strategis.

Dengan demikian, Reza berharap bahwa pasar modal Indonesia dapat terus berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di Indonesia dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas produk dan layanan pasar modal yang berbasis prinsip keuangan berkelanjutan.

Selanjutnya dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk berinvestasi di pasar modal dengan mempertimbangkan aspek ESG. Serta meningkatkan kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, regulator, pelaku pasar, akademisi, dan masyarakat sipil dalam mengembangkan pasar modal berkelanjutan.

"Tingkatkan transparansi dan akuntabilitas pelaporan dan pengawasan terhadap produk dan layanan pasar modal berkelanjutan. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia pasar modal dalam mengimplementasikan prinsip keuangan berkelanjutan," jelasnya.