Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada hari Kamis 23 November 2023 diperkirakan akan kembali melemah akibat pasar yang memperkirakan bahwa The Fed sudah selesai menaikkan suku bunga. Namun risalah The Fed masih mengisyaratkan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu 22 November, Kurs rupiah spot menguat tipis 0,87 persen ke Rp15.575 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor melemah 0,96 persen secara harian ke level harga Rp15.584 per dolar AS.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan pasar memperkirakan bahwa The Fed sudah selesai menaikkan suku bunga. Namun risalah rapat pada hari Selasa menimbulkan keraguan mengenai kapan bank sentral akan mulai memangkas suku bunga, mengingat sebagian besar pejabat Fed juga berulang kali mengisyaratkan kenaikan suku bunga untuk jangka waktu yang lebih lama.

"Meskipun pasar tetap yakin bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya lagi, risalah The Fed memicu keraguan mengenai kapan bank sentral akan mulai memangkas suku bunganya," Jelasnya dalam keterangan resminya Kamis, 23 November.

Ibrahim menyampaikan alat Fedwatch CME Group menunjukkan para pedagang mempertimbangkan kembali ekspektasi penurunan suku bunga pada Maret 2024, sesuai dengan sinyal peluang penurunan suku bunga sebesar 40 persen.

Investor juga memantau dengan cermat pengumuman ekonomi yang akan datang dan sedang menunggu pernyataan musim gugur dari Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt di House of Commons, yang dapat memberikan arahan lebih lanjut untuk pasar mata uang.

Pemerintah meningkatkan kewaspadaan seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi China. Pasalnya, China merupakan salah satu negara yang punya hubungan kuat dengan Indonesia sebagai mitra dagang, karena 20 persen ekspor Indonesia ke China.

Perekonomian China terus mengalami perlambatan imbas dari melemahnya sektor properti, serta investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) yang menurun.

Pelemahan kedua sektor tersebut berdampak signifikan bagi ekonomi China, lantaran keduanya menjadi mesin utama penggerak ekonomi. Berbeda dengan perekonomian Indonesia yang lebih banyak didorong oleh konsumsi.

Salah satu dampak pelemahan ekonomi China di Indonesia, yakni lambatnya ekspor pada kuartal III-2023. Kinerja ekspor terkontraksi 4,26 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2023, sementara impor terkontraksi 6,18 persen yoy. Meski begitu, industri manufaktur tumbuh 5,20 persen yoy, berkontribusi 1,06 persen yoy terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Kamis 23 November dalam rentang harga Rp15.560- Rp15.620 per dolar AS.