JAKARTA - Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan penandatanganan kerja sama layanan desain interior dengan Filipina.
Penandatangan perjanjian kerja sama Mutual Recognition Arrangement (MRA) untuk desain interior dilakukan di Jakarta, pada Senin, 20 November.
Ketua LPJK Kementerian PUPR Taufik Widjoyono mengatakan, tujuan dari kerja sama tersebut adalah untuk pengembangan desain interior antar kedua negara.
"Kerja sama ini termasuk juga kemitraan dalam pekerjaan-pekerjaan jasa konstruksi desain interior, baik di Indonesia maupun Filipina," kata Taufik dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Selasa, 21 November.
Taufik menambahkan, pihak Indonesia dalam kerja sama tersebut diwakili oleh Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII), sementara Filipina dikelola oleh Profesional Regulatory Commission.
Adapun ruang lingkup kerja sama meliputi pemberian fasilitas mobilitas desainer interior, bertukar informasi guna mendorong penerapan praktik terbaik pada standar pendidikan desain interior, serta praktik dan kualifikasi profesional dalam distribusi sumber daya manusia melalui penelitian kolaboratif.
Selain itu, juga untuk mempromosikan pendidikan dan pelatihan desain interior, serta penelitian dan inovasi desain interior.
Termasuk tidak terbatas pada pertukaran akademik, lokakarya, pameran, kompetisi, tamu kuliah, magang, serta untuk menjalin komitmen transfer teknologi antara kedua pihak.
Menurut Taufik, kerja sama ini tidak hanya sebagai jembatan pengembangan SDM jasa konstruksi pada bidang desain interior, tetapi juga mengeksplor teknologi dan inovasi yang dapat diterapkan dalam sektor jasa konstruksi
"Sehingga, perlu dimanfaatkan dalam konteks kemitraan dan transfer of knowledge agar tetap menjaga pelaku-pelaku jasa konstruksi nasional mendapat kesempatan lebih banyak dan berdaya saing," tuturnya.
BACA JUGA:
Dia menilai, dengan meningkatnya volume pekerjaan bidang konstruksi pada beberapa tahun terakhir dan tahun-tahun selanjutnya di Indonesia, tentu akan banyak mengundang badan usaha jasa konstruksi asing yang bergerak di Indonesia, termasuk dari Filipina.
"Saya ambil contoh, kontraktor dari Filipina membangun hotel atau mungkin kantor duta besar di Indonesia. Nah, kerja sama ini menjadi jembatan untuk memperkuat yang sudah terjalin. Jadi, kami semua akan tahu, siapa pekerjanya," imbuhnya.