Bagikan:

JAKARTA - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) telah melakukan stress test di tengah ketidakpastian ekonomi Global.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, secara keseluruhan hasil stress test dari KSSK menunjukkan bahwa sektor keuangan Indonesia memiliki ketahanan yang cukup kuat.

"Namun, ada beberapa risiko yang datang menghantui prospek stabilitas sistem keuangan Indonesia berasal dari tekanan global,"ucap Perry dalam konferensi pers KSSK, Jumat 3 November.

Perry menyampaikan beberapa faktor indikator yang dapat menjadi risiko bagi stabilitas sistem keuangan yaitu, perlambatan ekonomi global, meningkatnya divergensi, naiknya suku bunga acuan The Fed dan kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di dunia.

Perry menambahkan faktor lainnya berasal dari kenaikan harga minyak, geopolitik yang memanas, dan fenomena kekeringan panjang akibat el nino.

Menurut Perry ada beberapa alasan daya tahan ekonomi nasional kuat yaitu permodalan perbankan yang tangguh, Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) pada level 27,62 persen dengan risiko kredit yang terkendali, tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,50 pery (bruto) dan 0,79 persen (neto) pada Agustus 2023.

Selanjutnya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tetap terjaga dilevel 25,83 persen. Serta likuiditas perbankan yang tetap terjaga didukung oleh implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang berlaku pada 1 Oktober 2023, dengan besaran insentif maksimum 4 persen.

Perry menegaskan untuk hasil stress test dari KSSK menunjukkan bahwa sektor keuangan Indonesia masih memiliki tahan tinggi di tengah berbagai tekanan.

"Ini dengan berbagai tekanan-tekanan itu dengan bantalan atau buffer yang memadai dalam menghadapi berbagai risiko tersebut," Ujar Perry.