Menhub Mau Turunkan Tarif Batas Atas Tiket Pesawat di Daerah, Ini Tanggapan INACA
Ilustrasi pesawat (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Indonesia National Air Carrier Association (INACA) tidak keberatan dengan rencana Kementerian Perhubungan untuk menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat untuk sejumlah daerah di Indonesia.

Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja mengatakan rencana ini harus dibarengi dengan kejelasan aturan. Ia juga meminta agar rencana ini juga nantinya tidak menghambat kegiatan kinerja perusahan maskapai.

“Kalau dari sisi kita, yang pasti kita berharap aturan apapun terkait tarif batas atas ini tidak menghambat kegiatan kinerja perusahaan maskapai. Artinya kompetisi yang sehat antar maskapai anggota kita dalam menggunakan tarif batas atas ini diperlukan kejelasan aturan,” ujarnya saat ditemui di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis, 2 November.

Jika ada aturan jelas mengenai rencana ini, sambung dia, pihaknya tidak mempermasalahkannya. Namun dengan catatan, nantinya aturan ini bisa menghasilkan kompitisi yang fair.

“Namun aturan-aturan itu disesuaikan ya monggo aja silakan. Asalkan bisa menghasilkan kompetisi yang fair buat kita,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi berencana untuk merevisi TBA tiket pesawat pada daerah. Tetapi tidak semua daerah, melainkan hanya daerah dengan tingkat daya beli yang kurang baik.

“Kami tetap mengacu atau memperhatikan TBA ini, tapi mungkin TBA daerah tertentu yang kita lakukan, tidak semua,” katanya dalam acara CEO Talks INACA di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis, 2 November.

Budi mengatakan rencana penurunan TBA daerah ini mempertimbangkan daya beli masyarakat untuk membeli tiket pesawat yang masih rendah. Terutama, kata dia, di wilayah timur Indonesia.

“Masyarakat juga daya beli terbatas. Terbukti dengan Indonesia bagian timur itu banyak yang tidak mampu naik pesawat, karena memang harganya tidak murah,” ucapnya.

Namun, Budi mengatakan penurunan TBA tiket pesawat ini harus dikaji secara komperhensif dari berbagai sisi. Pasalnya, industri penerbangan Indonesia juga masih menghadapi tantangan. Seperti pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan harga avtur hingga kelangkaan suku cadang pesawat.

“Jadi kita ini kan enggak bisa melihat one side, kita harus melihatnya 360 derajat,” katanya.