Kemenhub: Kereta Api Jadi Tulang Punggung Transportasi Ramah Lingkungan di Masa Depan
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengatakan kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang mampu menjadi tulang punggung transportasi ramah lingkungan Indonesia di masa depan.

“Pelayanan harus terpadu, aman, nyaman, terjangkau, dapat diandalkan dan sebagai tulang punggung angkutan massal antar kota dan perkotaan,” kata Direktur Jenderal Pekeretaapian Kemenhub Mohamad Risal Wasal dalam Seminar Nasional: Strategi Green Financing Sektro Transportasi untuk Daya Saing Perkeretaapian Berkeadilan, dikutip dari Antara, Rabu 20 September.

Risal menuturkan potensi tersebut dapat dilihat dari perbandingan konsumsi energi yang dibutuhkan kereta api dengan jenis transportasi lainnya. Misalnya, untuk mengangkut 1.500 orang, kereta api hanya membutuhkan tiga liter BBM per kilometer dengan penggunaan energinya 0,0020 BBM per kilometer per Pnp.

Jumlah itu lebih kecil jika dibandingkan dengan bus yang sanggup mengangkut 40 orang dan mengonsumsi 0,5 liter BBM per kilometer dan penggunaan energinya yang menyentuh 0,0125 BBM per kilometer per Pnp.

Di sisi lain penerapan teknologi perkeretaapian di Indonesia, juga membuat keunggulan kereta api semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan MRT di Jakarta, Sky Train di Bandara Soekarno-Hatta, Makassar-Pare-pare Railways, hingga LRT di Jabodebek yang membantu meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi di jalan raya.

Risal menyatakan teknologi prasarana perkeretaapian di Indonesia juga terus berkembang. Pemerintah juga berencana mengembangkan Rolling Highway (Rola) yang proses penanganannya lebih sederhana.

“Kalau melihat apa yang terjadi, kami ada rencana utama bagaimana visinya adalah kompetitif, integrasi, teknologi tinggi, sinergi industri, terjangkau, dan responsif terhadap pembangunan perkeretaapian,” ucapnya.

Atas keunggulan yang sudah dikaji secara mendalam, Kemenhub melalui Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) 2030 menargetkan pembangunan jaringan kereta api di Tanah Air sepanjang 10.524 kilometer.

Hal lain yang ditargetkan dalam RIPNAS yakni mencakup tersedianya sarana KA penumpang sebanyak 2.839 lokomotif dan 34.178 kereta. Kemudian sarana KA barang sebanyak 2.475 lokomotif dan 48.364 gerbong.

Guna mencapai target tersebut, Risal mengaku Kemenhub sudah menjalankan empat upaya berupa optimalisasi prasarana eksisting yakni pemanfaatan prasarana perkeretaapian yang sudah ada, dirawat dan direaktivasi sehingga menghasilkan kategori TQI.

Menurutnya untuk mengurangi dampak buruk pada lingkungan, elektrifikasi pembangunan prasarana perkeretaapian mulai diarahkan pada MRT, LRT, kereta cepat dan kereta gantung, maupun kereta perkotaan lainnya.

Pengembangan kapasitas pun turut dilakukan melalui pembangunan jalur ganda, peningkatan fasop, persinyalan, pembangunan stasiun-stasiun baru, serta penyediaan fasilitas integrasi intra moda dan antar moda.

Adapun peningkatan keselamatan dan keamanan operasi kereta api, dikembangkan lewat pembangunan fasilitas operasi dan persinyalan dengan memanfaatkan teknologi informasi terkini berupa Grade of Automation (GoA), perlintasan tidak sebidang atau sebidang dan dilengkapi sistem informasi kebencanaan.

“Selain itu kalau dilihat di kereta, orang sudah tidak meludah, menghormati perempuan, orang hamil dan orang tua karena tertulis (tempat duduk) orang tua, ada gerbong wanita dan itu tidak ada yang melanggar. Itu yang membuat peradaban baru dalam sistem transportasi Indonesia,” ujarnya.