Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Indonesia perlu mewaspadai ancaman perubahan iklim yang sedang terjadi. Pasalnya, ancaman tersebut semakin nyata dirasakan. Hal ini terlihat dari suhu bumi hingga cuaca yang kian panas.

"Hati-hati. Hati-hati. Ancaman perubahan iklim sudah nyata dan sudah kita rasakan, dirasakan semua negara di dunia. Suhu bumi yang semakin panas, cuaca juga semakin panas," kata Jokowi dalam acara Festival Lingkungan-Iklim-Kehutanan-Energi EBT (LIKE) di Indonesia Arena, Kompleks GBK, Jakarta, dipantau secara daring, Senin, 18 September.

Dengan terjadinya perubahan iklim tersebut, kata Jokowi, banyak negara di dunia kini mengalami kekeringan, termasuk Indonesia.

"Akhirnya apa? Ada krisis pangan. Beberapa negara kekurangan pangan, baik itu gandum, baik itu beras," ujarnya.

Jokowi menyebut, biasanya ada 19 negara yang mengekspor beras. Namun, dikarenakan adanya faktor perubahan iklim, sebanyak 19 negara tersebut harus menyetop ekspor berasnya.

"Yang biasanya negara-negara itu mengekspor berasnya, 19 negara sekarang sudah setop kirim ekspornya, tidak diekspor lagi, sehingga banyak negara yang harga berasnya naik, termasuk di Indonesia sedikit naik," ucap dia.

Oleh karena itu, kepala negara tersebut kembali mengingatkan seluruh masyarakat untuk tetap berhati-hati. "Hati-hati mengenai hal ini," tuturnya.

Selain itu, Jokowi mengungkapkan krisis pangan turut menyebabkan kerusakan lingkungan. Sehingga, dirinya meminta penggiat lingkungan, ketua adat, hingga para penyuluh untuk lebih menggiatkan rehabilitasi hutan.

"Perbaikan hutan. Pemerintah bersama-sama dengan masyarakat mulai. Nanti kalau musim hujan datang semua nanam pohon. Setuju? Hati-hati juga karena panas es di kutub mencair dan air permukaan laut naik," ungkapnya.

"Pulau-pulau kecil kita sudah terdampak. Pulau-pulau kecil di Kepulauan Pasifik sudah banyak yang hilang. Hati-hati. Oleh sebab itu, yang di pesisir saya ajak untuk nanam mangrove lagi di pesisir-pesisir kita," pungkas Jokowi.