Bagikan:

JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengidentifikasi bahwa rencana perluasan perdagangan internasional ke kawasan Amerika Latin dan Karibia memiliki tantangan tersendiri.

Ketua Umum Kadin Shinta Kamdani mengatakan kawasan di belahan bumi barat itu cukup unik dan berbeda dalam hal pengembangan bisnis.

“Kebanyakan memang tantangan utama ada di jarak atau distance. Ini yang kemudian berpengaruh terhadap biaya logistik,” ujarnya saat menggelar media briefing dengan jajaran Kementerian Luar Negari di Jakarta, Senin, 18 September.

Menurut Shinta, biaya logistik untuk pengiriman barang ke kawasan tersebut antara 1.500 dolar AS hingga 6.000 dolar AS.

“Kami menilai ini adalah biaya yang termasuk tinggi kalau dalam hitungan kami,” tuturnya.

Shinta menjelaskan sejumlah rintangan yang mesti dilalui adalah soal perbedaan budaya dengan Indonesia. Dia mengungkapkan pelaku usaha nasional mesti memahami prosedur dan tata cara perniagaan yang berbeda di masing-masing negara.

“Perlu diingat juga bahwa yang terpenting saat masuk ke pasar yang baru adalah soal kompetisi disana seperti apa. Kita lihat India, China, Vietnam ini mereka sudah masuk dan harus juga jadi faktor pertimbangan saat masuk kesana,” tegas dia.

Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Umar Hadi menyebutkan neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara di Amerika Latin dan Karibia mengalami defisit.

Dia mencatat pada periode 2022 terjadi defisit 1,5 dolar AS. Dia mengungkapkan tren itu sudah berlangsung selama beberapa tahun terkahir, seperti di 2021 terjadi defisit sebesar 680 miliar dolar AS. Lalu, pada 2020 defisit diketahui senilai 1,9 miliar dolar AS.

“Tidak apa-apa kita defisit perdagangan, sebab apa yang kita impor itu adalah bahan-bahan produksi atau raw material. Sementara ekspor kita adalah barang hasil produksi seperti produk manufaktur. Artinya, ada nilai tambah yang dihasilkan di dalam negeri sehingga membantu perekonomian nasional terus bergerak,” tegas Umar.