Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan menggulirkan program cokelat artisan dan craft cokelat Indonesia untuk dunia sebagai salah satu program prioritas di masa depan.

Langkah tersebut untuk mendorong pengembangan industri kakao dan cokelat di Indonesia, khususnya di sisi hilir.

"Kami telah mengembangkan program-program utama, mulai dari fasilitasi kewirausahaan, dukungan R&D dan inovasi, implementasi industri 4.0, serta yang paling penting, yakni promosi internasional dan branding dalam rangka memperkuat dan memajukan pertumbuhan cokelat artisan Indonesia," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dalam keterangan resminya, dikutip pada Senin, 18 September.

Putu menyebut, dengan inovasi dan penerapan teknologi, saat ini terdapat 31 produsen cokelat artisan Indonesia yang mengekplorasi 600 jenis profil rasa cokelat khas Indonesia yang berbeda dan unik.

Para artisan mengolah kakao menjadi produk cokelat secara bean-to-bar dengan kapasitas 1.242 ton per tahun.

"Pangsa pasar coklat artisan saat ini baru 1,3 persen dari potensi 10 persen pasar cokelat di Indonesia, sehingga potensi pengembangannya masih terbuka luas," ujar Putu.

Menurut Putu, produk cokelat artisan memiliki nilai tambah yang tinggi dengan mengambil bahan baku dari biji kakao berkualitas tinggi dengan harga premium.

Sebagai perbandingan, produk cokelat artisan memiliki nilai tambah 700 hingga 1.500 persen, sedangkan produk cokelat biasa nilai tambahnya 100-300 persen.

"Produsen cokelat artisan juga menerapkan program keberlanjutan dan ketertelusuran (sustainability and traceability) biji kakao, sehingga dapat memenuhi persyaratan pasar luar negeri seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR)," ucapnya.

Sekadar informasi, Indonesia merupakan eksportir produk kakao olahan terbesar ketiga di dunia dan berkontribusi pada pasar global sebesar 9,17 persen.

Adapun nilai ekspor produk kakao olahan ini mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS per tahun ke pasar-pasar utama, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, India, dan Tiongkok,

Sementara berdasarkan data International Cocoa Organization (ICCO) tahun 2022/2023, Indonesia saat ini menempati urutan ketujuh sebagai produsen biji kakao terbesar di dunia, dan merupakan negara pengolah produk kakao olahan ketiga dunia setelah Belanda dan Pantai Gading.