Bagikan:

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memperkirakan permintaan energi di kawasan ASEAN akan meningkat sebesar 13 persen.

Peningkatan ini seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara sebesar 4,6 persen pada tahun 2023 dan diproyeksikan meningkat 4,9 persen pada tahun 2024.

"Bahan bakar fosil diproyeksikan akan terus mendominasi sektor energi, dengan minyak masih memberikan kontribusi terbesar sebesar 45,8 persen konsumsi energi," ujar Arifin dalam paparannya pada acara PYC International Energy Conference 2023 di Jakarta, Jumat, 15 September.

Arifin menambahkan, negara-negara di ASEAN diberkahi dengan sumber daya energi yang beragam khususnya sumber daya energi terbarukan yang berjumlah lebih dari 17.000 gigawatt (GW) yang sebagian besar berasal dari tenaga surya 15.602 GW dan angin 1.255 GW.

Sedangkan cadangan gas sekitar 130 Trillion Cubic Feet (TCF) terutama berasal dari Indonesia 44 TCF, Malaysia 32 TCF, dan Vietnam 22,8 TCF.

"ASEAN dengan sumber daya energi bersih dan terbarukan yang sangat besar telah melakukan upaya terbaiknya dalam menerapkan transisi energi untuk mencapai Net Zero Emission pada pertengahan abad ini," lanjut Arifin.

Proses menuju NZE melalui transisi energi, kata dia, telah dilakukan Indonesia untuk menuju energi bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber energi.

"Untuk Indonesia, kami telah mengembangkan peta jalan transisi energi untuk mencapai Emisi Nol Bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat. Dalam peta jalan ini, kami bertujuan untuk mengembangkan 700 GW energi terbarukan dalam bauran energi, yang berasal dari tenaga surya, air, laut, panas bumi, dan nuklir," lanjut Arifin.

Guna mendukung negara-negara ASEAN menuju NZE, Indonesia berencana akan membangun Super Grid untuk meningkatkan pengembangan energi terbarukan, sekaligus menjaga stabilitas dan keamanan sistem kelistrikan.

Hal ini akan membuka peluang untuk terhubung dengan ASEAN Power Grid.