Bagikan:

JAKARTA - Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro merevisi perkiraan inflasi Indonesia yang pada awalnya diperkirakan sebesar 3,6 persen menjadi 3 persen-3,2 persen di akhir tahun 2023.

Menurutnya, tingkat inflasi merupakan game changer yang mendukung pertumbuhan dan stabilitas sektor keuangan.

Andry mengatakan, jika inflasi semakin terkendali meskipun tantangan el nino dapat meningkatkan potensi gangguan supply pangan.

Sementara itu, inflasi hingga bulan Juli tercatat sebesar 3,08 persen yoy, dan telah kembali dalam target Bank Indonesia di kisaran 2 hingga 4 persen.

Padahal sebelumnya, inflasi bulan Juni 2023 sempat menyentuh 3,52 persen.

"Nowcasting kami menunjukkan tingkat inflasi Indonesia dapat berada pada retang 3 hingga 3,2 persen di akhir tahun 2023 dengan strategi pengelolaan pasokan pangan yang baik," ujar Andry dalam Media Gathering & Presentasi Macroeconomic Outlook Bank Mandiri, Selasa, 22 Agustus.

Di sisi lain, lanjut Andry, kinerja neraca perdagangan Indonesia masih mencatat surplus meskipun surplus perdagangan terus menunjukkan penurunan seiring normalisasi harga komoditas dan juga meningkatnya impor sejalan pemulihan ekonomi domestik.

"Dengan kinerja neraca perdagangan tersebut, kami perkirakan Neraca Transaksi Berjalan (NTB) atau Current Account Balance akan kembali mencatat defisit 0,65 persen dari PDB tahun 2023," lanjut Andry.

Di samping itu, data menunjukkan selama tujuh bulan pertama pada tahun 2023, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar 21,2 miliar dolar AS, menurun dibandingkan surplus pada periode yang sama tahun lalu sebesar 29,1 miliar dolar AS.

“Melihat tren pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik, kami meyakini pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 5,04 persen di tahun 2023,” pungkas dia.