JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, perlu membangun early warning system untuk kerawanan pangan dan gizi untuk mengantisipasi fenomena El Nino.
Sekadar informasi, fenomena El Nino memicu kekeringan. Adapun El Nino diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Agustus hingga September mendatang.
“Kita sepakati bahwa kita harus memiliki early warning system untuk kerawanan pangan dan gizi. Ini penting terutama karena kita menghadapi ancaman El Nino. Jadi, setiap daerah harus waspada dan memitigasi kerawanan pangan dan gizi di wilayah masing-masing,” ujar Arief dalam keterangan resmi, Kamis, 20 Juli.
Arief menegaskan, Sistem Kerawanan Pangan dan gizi yang dibangun NFA bersama pemerintah provinsi dan kabupaten kota menjadi early warning system yang harus dimanfaatkan untuk memitigasi faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya El Nino.
“Saya ingin Bapak Ibu yang berada di level teknis di provinsi dan kabupaten kota benar-benar memahami Sistem Peringatan Dini Kerawanan Pangan dan Gizi (SKPG) ini. Sehingga data yang dihasilkan nantinya dapat dipertanggungjawabkan dan dimanfaatkan untuk mengantisipasi terjadinya kerawanan pangan dan gizi,” tegas Arief.
Hal ini selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo dalam Rapat Terbatas Bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin Presiden Joko Widodo, pada Selasa, 18 Juli di Istana Negara, di mana salah satu fokus antisipasi dampak El Nino adalah menjaga ketahanan pangan.
Arief menegaskan, pola mitigasi akan dimulai dengan membangun sistem berbasis digital, sehingga setiap daerah mengetahui situasi dan kondisi kerawanan pangan dan gizi di daerahnya.
“Ini penting karena sistem tersebut dihimpun berdasarkan berbagai aspek ketahanan pangan mulai dari ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, dan pemanfaatan pangan,” ungkapnya.
BACA JUGA:
Adapun berbagai indikator pada aspek ketersediaan pangan meliputi berbagai data luasan tanam dan puso komoditas pangan, aspek keterjangkauan pangan mencakup data harga komoditas pangan dalam periode yang ditentukan.
Sedangkan aspek pemanfaatan pangan meliputi data status gizi balita.
“Kita juga masukkan data dukung informasi iklim seperti saat ini kita mewaspadai Elnino yang mengancam ketahanan pangan. Tentunya kita berkolaborasi dengan Kementerian dan lembaga terkait dalam pemenuhan berbagai data tersebut,sehingga kemudian bisa menghasilkan kesimpulan yang dikategorisasikan dalam tiga indikator yaitu rentan, waspada, dan aman,” ujarnya.
Asal tahu saja, SKPG ini berbasis website yang dapat diakses melalui skpg.badanpangan.go.id dan secara periodik menghasilkan data status rawan pangan dan gizi baik secara nasional, provinsi maupun kabupaten kota.