Kurangi Ketergantungan pada Energi Fosil, PLN Kembangkan Teknologi Listrik Berbasis Hidrogen
Foto: Dok. PLN

Bagikan:

JAKARTA - Pemanfaatan air menjadi salah satu aspek penting dalam proses bisnis PT PLN (Persero). PLN menunjukkan komitmennya dalam pemanfaatan air yang berkelanjutan dengan mengembangkan inovasi transisi energi melalui teknologi hidrogen.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan PLN terus berinovasi dalam transisi energi salah satunya dengan mengembangkan teknologi hidrogen untuk menghasilkan listrik. Apalagi, Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber daya air yang melimpah.

PLN telah mengoperasikan 266 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dengan total kapasitas 18,9 Gigawatt (GW).

“PLN memanfaatkan air untuk menghasilkan listrik bersih dan mampu melistriki jutaan masyarakat di seluruh Indonesia. Selanjutnya, PLN bertekad terus mengembangkan teknologi ketenagalistrikan yang berbasis hidrogen untuk mengurangi ketergantungan kita pada energi fosil,” tuturnya dalam keterangan resmi, Minggu, 9 Juli.

Darmawan mengatakan langkah ini juga sejalan dengan tujuan mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 mendatang.

Lebih lanjut, Darmawan mengatakan, sebagai BUMN yang memanfaatkan air untuk proses bisnisnya, PLN mengedepankan tata kelola yang berkelanjutan.

Sepanjang tahun 2022, total konsumsi air PLN mencapai 24 juta metrik ton. Konsumsi air ini mayoritas digunakan untuk kegiatan operasional baik pembangkitan maupun domestik.

“Kami mengedepankan aspek keberlanjutan dalam penggunaan air ini. Kami juga melakukan efisiensi penggunaan air sehingga bisa mengurangi volume air baku yang dikonsumsi,” ujar Darmawan.

Misalnya, dalam kegiatan operasional pembangkit, PLN menggunakan air dengan sistem closed cycle atau penggunaan kembali sehingga meminimalisir limbah. PLN mengedepankan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pemanfaatan air untuk bisa mendukung efisiensi.

“Program efisiensi air ini justru berkontribusi pada masyarakat melibatkan stakeholder seperti kelompok masyarakat untuk penyediaan air dari sumber lain. Target dari program tersebut adalah mengoptimalkan penggunaan air untuk kegiatan pembangkit,” ucapnya.

Program efisiensi air yang dilakukan PLN mampu menurunkan pemakaian air baik untuk operasional pembangkitan maupun untuk kegiatan pendukung sebesar 23,12 juta metrik ton dari 33 pembangkit di PLN lewat prinsip 3R.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Herry Trisaputra Zuna menjelaskan pengelolaan air yang berkelanjutan menjadi prioritas pemerintah saat ini.

Hal ini disampaikan Herry dalam acara rangkaian workshop side event menuju The 10th World Water Forum pada tahun 2024 dengan tema “Water for Shared Prosperity” yang diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Lebih lanjut, Herry mengatakan hal ini sejalan dengan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) dan Sustainable Development Goals (SDGs).

“Pemerintah saat ini melakukan berbagai upaya untuk bisa meningkatkan pengelolaan air yang berkelanjutan. Pengelolaan air yang berkelanjutan berperan penting pada perubahan iklim dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Herry.