Bagikan:

JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dengan Pemerintah Australia untuk bekerja sama untuk mengelola mineral kritis di kedua negara.

Perjanjian kerja sama ini dinilai penting karena Australia memiliki salah satu mineral kritis yang tidak ada di dalam negeri yakni lithium.

Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara Kadin Indonesia dengan Pemerintah Australia.

Adapun rencana aksi tersebut merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada KTT G20 di Bali, 2022.

Ketua Kadin Indonesia Arsjad Rasyid mengatakan, Australia merupakan pemasok utama lithium, sedangkan Indonesia adalah produsen terbesar untuk nikel, komponen vital dalam baterai EV.

“Kedua negara memiliki cadangan yang cukup penting untuk produksi baterai dengan potensi saling melengkapi untuk mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa, 4 Juli.

Sebagai tindak lanjut dari MoU, sambung Arsjad, Kadin Indonesia dan Pemerintah Australia Barat telah menyepakati rencana aksi (Plan of Action) untuk implementasi MoU yang dilaksanakan pada 2023-2025 guna mewujudkan pengembangan industri baterai EV terintegrasi.

“MoU ini telah membuka pintu yang lebih lebar bagi Indonesia dan Australia dalam mengkapitalisasi inovasi bersama untuk memperkuat posisi di rantai pasok global. Caranya, melalui investasi bersama pada area-area strategis dalam pembangunan ekonomi kedua negara,” ujarnya.

Lebih lanjut, Arsjad mengatakan, penandatangan MoU ini merupakan upaya Kadin Indonesia menjajaki peluang kerja sama yang lebih luas di bidang perdagangan dan investasi dengan Australia.

Keinginan untuk memperluas kerja sama ekonomi tersebut tercermin dari kunjungan Presiden Joko Widodo bersama rombongan, termasuk delegasi Kadin Indonesia, ke Australia pada 3 hingga 4 Juli 2023.

Arsjad mengatakan kunjungannya bersama dengan Jokowi kali ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi pertumbuhan kedua negara.

Mengingat bahwa Australia adalah mitra dagang terbesar ke-10 bagi Indonesia dengan nilai perdagangan 12,64 miliar dolar Amerika Serikat pada 2021.

”Sebagai representasi pelaku usaha di Indonesia, kami mendorong segala upaya untuk menghubungkan lebih banyak bisnis dari berbagai sektor antara Indonesia dan Australia serta perluasan volume perdagangan dan diversifikasi investasi antara kedua negara,” jelasnya.

Pada pekan lalu, Arsjad bersama delegasi melakukan roadshow ke Australia dan menghadiri Australia-ASEAN Business Forum.

Pada kunjungan tersebut, dia bertemu dengan sejumlah pemangku kepentingan untuk membahas kerja sama ekonomi di masa depan antara Indonesia, ASEAN dan Australia.

“Kami melihat adanya hasrat yang luar biasa untuk melakukan kerja sama yang lebih luas antara Indonesia, ASEAN dan Australia,” ungkap Arsjad.