Bagikan:

JAKARTA - PT Pupuk kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) mulai menjajaki pengembangan teknologi green ammonia. hal ini dalam rangka mengeksplorasi penggunaan energi baru terbarukan.

"Tentunya ini adalah kesempatan dan peluang yang sangat positif bagi kemajuan Pupuk Kaltim dan juga bagi industri petrokimia Tanah Air. Pupuk Kaltim juga selalu membuka diri untuk kolaborasi dengan banyak pihak yang bisa melahirkan teknologi dan inovasi terbaik," ujar Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi mengutip Antara.

Rahmad menambahkan, sebagai anak perusahaan BUMN Pupuk Indonesia, Pupuk Kaltim memulai dengan salah satunya lewat penjajakan green ammonia sebagai bentuk energi terbarukan ini. Pupuk Kaltim melihat, di masa depan, nantinya grey ammonia atau produk-produk berbahan baku hidrokarbon akan digantikan oleh produk-produk green ammonia.

Pupuk Kaltim bersama dengan Copenhagen Atomics, Topsoe, Alfa Laval, dan Aalborg CSP menggagas kajian produksi green ammonia dengan menggunakan energi berbasis thorium. Seperti green ammonia, thorium juga tergolong sebagai sumber energi hijau yang lebih ekonomis. Di Indonesia, potensi kandungan thorium diperkirakan mencapai 210.000-270.000 ton yang tersimpan di Bangka, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat.

Sinergi positif yang digagas Pupuk Kaltim dalam penjajakan produksi green ammonia ini diawali dari komunikasi antara Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi dengan Co-Founder Copenhagen Atomics Thomas Jam Pederson pada Juli 2022. Copenhagen Atomics kemudian menawarkan Pupuk Kaltim untuk bergabung dalam kajian bersama mengenai green ammonia yang sedang dilakukan antara Copenhagen Atomics, Topsoe dan Alfa Laval.

Sebagai tahapan awal, Pupuk Kaltim bersama Copenhagen Atomics, Topsoe, Alfa Laval, dan Aalborg CSP sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) mengenai kajian green ammonia menggunakan energi berbasis thorium secara digital pada Januari 2023.

Sebagai bukti keseriusan dan komitmen, seluruh pihak yang terlibat di kerjasama ini pun sepakat untuk kembali menandatangani nota kesepahaman kedua pada 19 Mei 2023 mendatang di Copenhagen, Denmark. Fokus dari kajian ini adalah rancangan pembangunan fasilitas yang memproduksi green ammonia sebesar 1 juta ton per tahun dengan estimasi investasi senilai 4 miliar dolar AS.

Atas arahan dari PT Pupuk Indonesia selaku induk perusahaan Pupuk Kaltim, kerja sama ini pun akan melibatkan Pertamina New & Renewable Energy yang mendapatkan peran untuk menemukan proses produksi hidrogen yang ramah lingkungan.

Green ammonia adalah amonia yang dihasilkan dari bahan baku non-hidrokarbon dan juga menggunakan sumber energi dari non-hidrokarbon (energi hijau). Salah satu proses produksi green ammonia adalah mereaksikan hidrogen yang dihasilkan oleh elektrolisa air dengan nitrogen yang diambil dari udara.

“Pengembangan green ammonia tentu menjanjikan potensi luar biasa. Dan untuk Pupuk Kaltim bisa menjadi salah satu penggagas pengembangan energi terbarukan ini tentu sejalan dengan tujuan kami untuk selalu mengedepankan teknologi dan inovasi untuk bisa menghasilkan produk terbaik dan efisien tanpa mengesampingkan pentingnya memelihara keberlangsungan lingkungan hidup.

Tak cuma untuk Pupuk Kaltim, kerja sama ini tentunya merupakan kerja sama yang sangat berdampak baik bagi Indonesia dan dunia. Dan sekaligus juga menjadi bukti nyata komitmen Pupuk Kaltim untuk semakin dikenal sebagai pelaku industri petrokimia secara global," kata Rahmad.