BI Kian Getol ‘Buang Dolar’ Alias Dedolariasi, Apa Kata Pemerintah?
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah melalui Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut bahwa langkah Bank Indonesia (BI) untuk memperluas kerja sama penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral dengan negara lain memiliki tujuan tersendiri bagi perekonomian nasional.

Menurut dia, Indonesia bisa mendapat manfaat positif dari strategi dedolarisasi tersebut.

“Ini merupakan shifting global yang cukup fundamental. Jadi setiap negara coba untuk memperbaiki,” ujarnya kepada wartawan awal pekan ini.

Menkeu menjelaskan, nilai tukar masing-masing negara cenderung memiliki resiko tersendiri apabila mengacu pada satu mata uang global yang sama.

Oleh karena itu, perluasan penggunaan mata uang lokal dinilai bisa lebih mengelola tekanan tersebut.

“Di dalam sektor keuangan, vulnerability (kerentanan) bisa muncul kalau majority mismatch. Jadi jatuh temponya tidak cocok. Atau juga masalah exchange rate (akibat penggunaan acuan uang yang sama/dolar),” tuturnya.

Atas dasar itu, pemerintah mendukung strategi Bank Indonesia dalam memperkuat perekonomian nasional.

“Langkah langkah dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan (Kemenkeu, BI, OJK, dan LPS) untuk melihat pada keseluruhan aspek, terutama menyangkut neraca keuangan. Jadi apakah ada source of vulnerability yang harus kita waspadai,” tegasnya.

Terbaru, Bank Indonesia telah mencapai kesepakatan dengan Bank of Korea perihal aksi ‘buang dolar’ ini.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa kerja sama local currency mengurangi biaya transaksi dan eksposur terhadap risiko nilai tukar.

“Otoritas kedua negara memandang bahwa penggunaan mata uang lokal masing-masing negara yang lebih luas untuk transaksi bilateral pada akhirnya akan berkontribusi dalam mempromosikan perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan serta memperdalam pasar keuangan dalam mata uang lokal di kedua negara,” kata Perry.