YOGYAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat (AS) berpotensi gagal membayar (default) utangnya pada 1 Juni 2023. Terkait hal ini, Indonesia perlu mewaspadai dampak gagal bayar utang AS, kendati tingkat ketergantungan terhadap Paman Sam cukup rendah sehingga dampak krisis dianggap tidak terlalu signifikan.
“Dampak dari potensi kegagalan bayar utang ini sifatnya temporer, tidak akan berdampak sangat jauh karena yang diserang tentunya dari sektor keuangan,” kata Peneliti Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan, dikutip dari Antara, Selasa, 9 Mei 2023.
Abdul Manap menilai Indonesia perlu mengambil langkah antisipasi untuk mencegah dampak ekonomi yang terlalu parah.
Dampak Gagal Bayar Utang AS pada RI
Abdul Manap menyampaikan, ekonomi global dipengaruhi faktor geopolitik, ekonomi AS, serta ekonomi China dan Uni Eropa. Potensi gagal bayar utang AS merupakan salah satu hal yang dapat memengaruhi ekonomi global.
Kendati demikian, hal tersebut tidak akan memberikan dampak yang siginifikan terhadap perekonomian Indonesia. Pasalnya, tingkat ketergantungan Indonesia terhadap Amerika Serikat cukup rendah.
Abdul Manap lantas mengungkap sejumlah sektor yang berpotensi mengalami kontraksi jika pemerintah AS gagal membayar utangnya, di antaranya:
- Perdagangan
Dari sektor perdagangan, Abdul Manap mengatakan potensi dampak yang muncul akan berasal dari permintaan ekspor impor oleh AS.
Berdasarkan data perdagangan per Januari-Maret 2023, ekspor non-migas Indonesia ke AS mencakup 9,22 persen dengan tingkat impor 4,79 persen. Jika AS gagal membayar utangnya, permintaan AS terhadap barang atau jasa dari Indonesia akan menurun.
- Penanaman modal asing
Selain perdagangan, risiko gagal bayar utang oleh AS juga dinilai akan berdampak pada penanaman modal di dalam negeri.
Abdul Manap menuturkan, tingkat penanaman modal asing (PMA) dari AS pada 2022 mencapai enam persen. Angka ini memang tidak terlalu tinggi, akan tetapi pemerintah tetap perlu mewaspadai aspek PMA. Pasalnya, Amerika Serikat berinvestasi pada sektor strategis, seperti energi.
- Sektor moneter
Sektor terakhir yang perlu diwaspadai terkait risiko gagal bayar utang AS adalah sektor moneter.
Pengaruh gagal bayar utang AS pada sektor moneter Indonesia akan terlihat pada transmisi nilai tukar rupiah. Pasalnya, gejolak moneter umumnya menimbulkan capital outflow yang menyebabkan terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah sehingga dapat memengaruhi tingkat suku bunga.
BACA JUGA:
Selain itu, dampak gagal bayar utang AS juga dapat mempengaruhi imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN). Bila AS gagal bayar utang, nilai imbal hasil SBN akan meningkat, dan besaran biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk lelang SBN akan membesar.
Demikian informasi tentang dampak gagal bayar utang AS. Untuk mendapatkan berita menarik lainnya, baca terus VOI.ID.