JAKARTA - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap penyebab terjadinya fenomena semburan api yang keluar dari sumur bor di rest area KM 86 B Tol Cipali.
Dilansir dari lama Instagran Badan Geologi, Tim Badan Geologi langsung menindaklanjuti laporan dari Dinas ESDM Jawa Barat dengan menerjunkan ahli Penyelidik Bumi dari Pusat Survei Geologi (PSG) dan Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) tim dan menemukan sejumlah fakta yang harus ditindaklanjuti untuk mecegah hal serupa terjadi.
Menurut Iwan Sukma Penyelidik Bumi dari PSG, fenomena ini merupakan fenomena geologi yang sudah umum terjadi. Karena di wilayah Jawa Barat bagian utara merupakan wilayah produksi minyak yang cukup besar. Fenomena yang terjadi ini dugaan sementara penyebabnya adalah bukan dari pipa pertamina melainkan karena adanya kebocoran atau rembesan gas yang keluar dari permukaan di daerah ini.
“Penyebab terjadinya kebocoran gas ini sendiri belum bisa dipastikan karena harus diselidiki lebih lanjut penyebab berkurangnya tekanan," ujar Iwan yang dikutip Kamis 27 April.
Selain itu, lanjut Iwan, untuk memastikan jenis gas yang menyembur di lokasi tersebut, apabila telah memungkinkan akan diambil sampel gasnya untuk mengetahui jenis gas tersebut apakah gas biogenic atau thermogenic.
BACA JUGA:
"Sementara sampai tulisan ini dibuat masih dilaksanakan proses pemadaman api oleh Petugas Pemadam Kebakaran setempat," lanjut dia.
Sementara itu dari sisi air tanah dan geologi lingkungan, Wahyudin Fungsional Penyelidik Bumi PATGTL mengungkapkan bahwa geologi tata lingkungan melihat dari sisi pengaturan pengambilan air tanah melalui sumur bor. Informasi awalnya adalah ini kedalaman sumur bor 100 meter yang sudah berizin tahun 2020.
“Air tanah di wilayah Jabar bagian utara banyak dijumpai industri yang memakai air tanah. Kedepan jadi masukan untuk Badan Geologi melokalisir wilayah yang kemungkinan ada semburan gas untuk memberi perizinan air tanah ke depannya. Sehingga lebih selektif dalam memberi izin untuk penggunaan air tanah,” pungkas Wahyudin.