Bagikan:

JAKARTA - FIFA belum lama ini resmi membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Keputusan ini sekaligus memupus mimpi Indonesia dan Timnas Indonesia U-20 berpartisipasi di pentas sekelas Piala Dunia.

Tidak hanya memupus mimpi, gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah juga membawa dampak lain, Ketua DPN Apindo bidang UMKM/IKM Ronald Walla mengatakan, peluang Indonesia untuk mendapatkan pemasukan di sektor usaha dan jasa sudah pupus.

"Iya, sangat disayangkan. Selain bisa jualan produk dan jasa UKM secara offline maupun online, menurut saya yang penting juga moment ini menjadi ajang kompetisi berwirausaha," kata Ronald kepada VOI, Sabtu, 1 April.

Ronald menyebut, Indonesia kehilangan pemasukannya dari sektor IKM/UMKM sekitar Rp1 miliar. Angka tersebut didapatkan dari proyeksi yang dibuat Ronald sendiri.

"Mengenai omzet kasar tiap acara offline yang berpotensi didapatkan tergantung dari jenis usahanya, seperti makanan minuman, souvenir, dan transport. Nah, kapasitas 1 stadium antara 15-100 ribu pengunjung. Anggap rata-rata 30 ribu pengunjung dan misalnya 1/3 nya membayar Rp100 ribu untuk makan, minum, transport, dan souvenir, itu secara konservatif sudah mencapai Rp1 miliar," tambah Ronald.

Lebih lanjut, kata dia, dirinya tidak mengetahui lebih jauh jumlah pengunjung selama penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tersebut.

Akan tetapi, menurut dia, Indonesia tadinya bisa mendapatkan pemasukan hingga 3-5 kali lipat dengan adanya turnamen sepakbola internasional itu.

"Saya tidak tahu ada berapa sesi di 23 hari (penyelenggaraan Piala Dunia U-20) itu dan ada berapa UKM yang diizinkan. Menurut saya, 3-5x lipatnya dengan gampang bisa didapatkan, itu untuk yang nonton secara langsung saja, belum lagi dari pekerja yang di daerah stadium," pungkasnya.