Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara mengatakan, perekonomian domestik tetap solid di tengah dinamika ekonomi global sehingga menjadi modal Indonesia untuk tetap optimistis menjalani tahun 2023.

"Tahun 2023 tentunya perlu kita songsong dengan semangat optimisme di tengah ketidakpastian situasi global baik ekonomi maupun ancaman geopolitik," kata Mirza dalam Webinar Merdeka Finansial dengan Produk Keuangan Syariah, dikutip dari Antara, Kamis 30 Maret.

Mirza menuturkan tantangan yang tidak mudah di 2023 perlu dihadapi bersama seluruh pemangku kepentingan dalam negeri, antara lain risiko suku bunga tinggi untuk meredam laju inflasi.

Tantangan itu juga mencakup ancaman inflasi akibat ketidakpastian perang antara Rusia dan Ukraina yang masih mengerek naik inflasi di beberapa belahan dunia serta dampak pelemahan ekonomi global yang berimbas pada tekanan terhadap kinerja ekspor Indonesia.

Ia mengatakan di tengah dinamika perekonomian global tersebut, indikator perekonomian domestik terbukti solid. Hal tersebut merupakan modal terbaik masyarakat Indonesia untuk lebih percaya diri dalam menjawab tantangan 2023 walaupun harus tetap menerapkan kebijakan-kebijakan yang menciptakan multiplier effect secara prudent terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor keuangan.

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 tumbuh solid sebesar 5,31 persen. Di sektor perbankan, kredit perbankan tumbuh meningkat 10,5 persen dan dana pihak ketiga tumbuh delapan persen di Januari 2023.

Di sektor pasar modal, pertumbuhan jumlah investor terus berlanjut mencapai 10,6 juta investor per 24 Februari 2023, meningkat cukup pesat dibandingkan 2021 dan 2022.

Sektor industri keuangan nonbank juga menunjukkan tren yang positif di mana pendapatan premi asuransi di Januari 2023 tumbuh 5,22 persen year on year (yoy), aset dana pensiun tumbuh 5,48 persen.

Mirza menuturkan piutang pembiayaan di Januari 2023 tumbuh 14,5 persen yoy. Kenaikan tersebut utamanya didorong oleh pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 33,7 persen yoy dan 20,4 persen yoy. Selain itu, pembiayaan fintech peer to peer lending juga tumbuh 63 persen yoy.

Pada kondisi ketidakpastian global di tengah upaya pemulihan perekonomian, ia mengatakan sektor keuangan syariah di Indonesia terbukti tangguh dan mampu bertahan menghadapi situasi sulit dengan total aset di luar saham syariah Rp2.312 triliun pada akhir November 2022, tumbuh 15 persen dari tahun sebelumnya.

Hal tersebut menunjukkan sektor keuangan syariah menjadi sektor yang menjanjikan bagi perekonomian dan masyarakat Indonesia.

"Kinerja indikator perekonomian dan keuangan syariah yang tumbuh positif tersebut harus kita manfaatkan sebaik mungkin sebagai momentum merencanakan keuangan untuk menuju hidup yang merdeka secara finansial," ujarnya.