Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyatakan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI memiliki peluang besar untuk mengembangkan potensi bisnis dalam skala global, khususnya di Benua Afrika.

Dalam keterangannya di Jakarta, dikutip dari Antara Senin 6 Maret, ia menyatakan melihat masih banyak area yang perlu dikembangkan melalui sinergi dan kolaborasi lintas segmen, divisi atau satuan dalam melakukan eksekusi bisnis.

"Kondisi perekonomian dunia akan semakin penuh tantangan pada tahun 2023 ini. Namun kita berharap semua bisa dilalui dengan penuh kesiapan dan kehati-hatian," katanya.

Sementara itu, Komisaris Utama BNI Agus Martowardojo menyampaikan Indonesia tetap optimistis bisa melewati tantangan perekonomian dunia pada tahun 2023.

Menurut dia, saat negara-negara lain mengalami perlambatan ekonomi, Indonesia mampu mengakselerasi pertumbuhan didukung fundamental ekonomi yang baik, pulihnya permintaan masyarakat, serta kinerja positif ekspor komoditas.

"Kita harus yakini bahwa ketidakpastian dan volatilitas global akan membaik di tahun 2023," kata Agus.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Cecep Herawan menyampaikan Kemenlu memiliki misi menyasar pasar potensial dan memperkuat jaringan di Benua Afrika.

Menurut dia, BNI bersama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain bisa bersinergi untuk menggarap proyek strategis di benua Afrika melalui kerja sama pemerintah dengan badan usaha atau Public Private Partnership (PPP), yang mana BUMN hadir bersama baik melalui pembiayaan, konstruksi, dan jasa lainnya.

Sebagai gambaran, tahun 2022 BNI mampu mendorong peningkatan angka perdagangan 76,7 persen dan satu-satunya Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang luas jaringannya secara internasional hingga memiliki delapan kantor cabang di luar negeri.

"Saya rasa ini modal luar biasa yang bisa kita lakukan bersama, kita punya peran BNI dan teman-teman BUMN bersama Kemenlu, bagaimana bisa melakukan ekspansi bersama ke negara-negara yang memiliiki pasar potensial. Kita bisa berpartisipasi aktif bersama di forum internasional," ujar Cecep.

Ia mengatakan hubungan Kemenlu dengan BNI terjalin cukup lama sehingga bisa menyatukan visi untuk mengupayakan pembangunan infrastruktur di ASEAN dan Indo-Pasifik.

Hal ini juga berkaitan dengan pengembangan infrastruktur hijau atau green infrastructure, digital transformation, dan innovative financing yang sejalan dengan program BNI.

Pihaknya mencatat, terdapat 266 proyek multilateral senilai 238 miliar dolar AS dan 140 proyek bilateral senilai 71,4 miliar dolar AS khusus dengan Indonesia.

Selain itu, BNI proaktif mengembangkan program di luar negeri yaitu Diaspora Loan yang diluncurkan bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), demikian Cecep Herawan.