Bagikan:

JAKARTA - PT Hillcon Tbk secara resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham HILL. Melalui pencatatan perdana ini Hillcon berhasil meraup dana segar senilai Rp552 miliar dengan menerbitkan saham dengan harga penawaran sebesar Rp1.250 per saham sebanyak 442.300.000 saham baru atau sebanyak 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan.

Dalam pencatatan pedananya pada pukul 09.01 saham HILL dibuka hijau, naik ke posisi 1.275 dari saham yang ditawarkan sebesarRp1.250. Saham berada di level tertinggi RpRp1.310 dan terendah di level Rp1.270.

Direktur Utama HILL, Hersan Qiu mengatakan, IPO HILL telah berhasil menarik minat berbagai investor baik asing maupun domestik untuk berpartisipasi dengan penawaran umum perdana saham. Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 5 kali dengan total pemegang saham lebih dari 9 ribu investor.

"Hal ini mengindikasikan antusiasme dan optimisme investor pasar modal Indonesia terhadap masa depan perseroan. Adapun perolehan dana dari IPO akan digunakan untuk mendukung perkembangan bisnis entitas anak perusahaan Perseroan yaitu PT Hillconjaya Sakti (HS) dengan rincian 55 persen untuk modal kerja terkait dengan biaya produksi penambangan, termasuk di antaranya biaya terkait bahan bakar, biaya overhead, pemeliharaan seluruh alat-alat berat dan sisanya 45 persen akan digunakan untuk belanja modal yang terdiri atas pembelian alat-alat untuk mendukung kegiatan operasional HS yaitu berupa alat berat (main Fleet dan supporting fleet) beserta sarana penunjang lainnya," bebernya kepada media Rabu 1 Maret.

Lebih jauh ia menambahkan, sebagai produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia diprediksi akan memproduksi sekitar 1,2 juta ton nikel pada tahun 2022 atau setara dengan 37,5 persen dari total produksi global.

Indonesia juga merupakan produsen stainless steel terbesar kedua di dunia setelah China. Dalam hal cadangan nikel terbukti, Indonesia memiliki pangsa sebesar 22 persen atau setara dengan 21 juta ton nickel metal, dan diprediksi akan tetap menjadi penyumbang terbesar pasokan bijih nikel dan nikel jadi di dunia dengan perkiraan pangsa pasar mencapai 38 persen pada tahun 2024.

Industri nikel merupakan salah satu sektor yang tumbuh pesat di Indonesia. Produk nikel saat ini mengalami permintaan yang sangat tinggi, terutama dalam bentuk feronikel dan NPI (nickel pig iron). Indonesia juga mengekspor Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang kemudian diolah lebih lanjut menjadi nickel sulphate, bahan utama pembuatan baterai mobil listrik (electric vehicle/EV).

Dalam perkembangannya, sektor nikel Indonesia diperkirakan akan meningkatkan kapasitas produksinya untuk memproduksi baterai EV di dalam negeri sehingga dapat memberikan peningkatan permintaan nikel domestik di Indonesia.