JAKARTA - PT Hillcon Tbk (HILL) resmi melantai di lantai bursa. Perusahaan kontraktor tambang ini meraih dana Initial public offering hingga Rp552,8 miliar.
Saham HILL dibuka naik 2,0 persen ke posisi Rp1.275 dari harga penawaran Rp.1.250 per lembar saham.
Dari pantauan VOI, pada penutupan sesi I perdagangan perdananya, saham HILL naik 70 poin atau 5,6 persen ke Rp1.320. Dari pergerakannya, level tertinggi di posisi Rp1.380 dan terendah Rp1.270.
Melalui pencatatan perdana ini Hillcon berhasil meraup dana segar senilai Rp552 miliar dengan menerbitkan saham dengan harga penawaran sebesar Rp1.250 per saham sebanyak 442.300.000 saham baru atau sebanyak 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan.
Direktur Utama HILL, Hersan Qiu mengatakan, IPO HILL telah berhasil menarik minat berbagai investor baik asing maupun domestik untuk berpartisipasi dengan penawaran umum perdana saham. Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 5 kali dengan total pemegang saham lebih dari 9 ribu investor.
Lebih jauh ia menambahkan, sebagai produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia diprediksi akan memproduksi sekitar 1,2 juta ton nikel pada tahun 2022 atau setara dengan 37,5 persen dari total produksi global.
"Hal ini mengindikasikan antusiasme dan optimisme investor pasar modal Indonesia terhadap masa depan perseroan," ujarnya, Rabu, 1 Maret.
BACA JUGA:
Indonesia juga merupakan produsen stainless steel terbesar kedua di dunia setelah China. Dalam hal cadangan nikel terbukti, Indonesia memiliki pangsa sebesar 22 persen atau setara dengan 21 juta ton nickel metal, dan diprediksi akan tetap menjadi penyumbang terbesar pasokan bijih nikel dan nikel jadi di dunia dengan perkiraan pangsa pasar mencapai 38 persen pada tahun 2024.
Industri nikel merupakan salah satu sektor yang tumbuh pesat di Indonesia. Produk nikel saat ini mengalami permintaan yang sangat tinggi, terutama dalam bentuk feronikel dan NPI (nickel pig iron). Indonesia juga mengekspor Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang kemudian diolah lebih lanjut menjadi nickel sulphate, bahan utama pembuatan baterai mobil listrik (electric
vehicle/EV).
Dalam perkembangannya, sektor nikel Indonesia diperkirakan akan meningkatkan kapasitas produksinya untuk memproduksi baterai EV di dalam negeri sehingga dapat memberikan peningkatan permintaan nikel domestik di Indonesia.