JAKARTA - PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk (FUTR) resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, di awal perdagangan mengalami kejatuhan.
Mengutip Antara, Senin, 27 Februari, pukul 09.01 WIB, harga saham FUTR anjlok 5 persen menjadi Rp95 dari harga penawaran Rp100 per lembar saham.
Saham FUTR berada di level tertinggi Rp97 per saham dan level terendah Rp93 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.434 kali dengan volume perdagangan 139,38 juta saham dan nilai transaksi harian Rp13,06 miliar.
Presiden Direktur FUTR Jeremy Quek memaparkan perseroan menawarkan 20 persen dari total saham yang dicatatkan kepada publik atau sebanyak 1,27 miliar saham dengan harga penawaran Rp100 per saham.
Dalam Initial Public Offering (IPO) ini, perseroan meraih dana sebesar Rp127,8 miliar, serta mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 45 kali, dengan total pemegang saham lebih dari 18 ribu investor.
Secara bersamaan, perseroan menerbitkan waran dimana setiap pemegang lima saham yang ditawarkan berhak memperoleh empat Waran Seri I.
Lebih lanjut, Jeremy menjelaskan perseroan berupaya mempertahankan dan memajukan operasi di Asia Pasifik, yang mana saat ini telah memiliki operasi bisnis di Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
“Perseroan optimis akan pelaksanaan ekspansi operasi bisnis ke Thailand, Filipina, Vietnam, dan Hong Kong dalam dua tahun ke depan,” ujar Jeremy.
Dengan lebih dari 200 juta user engagement dari lebih dari 25 juta basis pengguna serta jaringan mitra strategis global, menurut dia, FUTR dapat membantu klien dalam meningkatkan kinerja bisnis mereka dengan mengadaptasi standar global kepada aplikasi lokal.
Pihaknya mengungkapkan sebagian besar dana IPO akan digunakan untuk mengembangkan platform dan produk, mengembangkan riset dan analisis data, mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), menguatkan pemasaran. dan dukungan operasional lainnya.
BACA JUGA:
Selain itu, perseroan akan membangun “Gudang Kreativ” untuk mendukung insan kreatif di berbagai lokasi di Indonesia dalam mengakses pasar internasional melalui pemanfaatan keahlian desain, coding, multimedia, pemasaran digital, animasi, dan live streaming e-commerce yang dimiliki.
“Kami yakin atas upaya berkelanjutan yang kami lakukan untuk tetap terus terdepan dan mengintegrasikan teknologi terkini seperti AI, Decentralized Economies, Web 3, dan Metaverse, yang akan membantu klien kami mempertahankan serta mengembangkan bisnis mereka" ujar Jeremy.
Sebagai informasi, potensi ekonomi digital dan industri kreatif di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 4.608 triliun pada 2030.
Sedangkan, potensi pasar Asia Pasifik atas Big Data Analytics, Social Commerce, Immersive Tech, dan Cyber Governance diperkirakan mencapai 511 miliar dolar AS dalam dua tahun ke depan.