Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan alasan kelebihan pasokan (oversupply) listrik yang dialami RI 2 tahun terakhir.

Darmawan bilang, sistem kelistrikan di Jawa dan Bali hingga tahun 2019 masih dalam batas kriteria ideal dengan reserve margin sebesar 32 persen.

"Sistem Jawa - Bali hingga tahun 2019, balance antara pasokan dengan demandnya masih dalam batas kriteria," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII yang dikutip Kamis, 9 Februari.

Darmawan melanjutkan, situasi ini mulai berubah saat terjadi pandemi covid 19 di tahun 2020 yang menyebabkan demand listrik menurun drastis. Diketahui reserve margin di tahun 2020 adalah sebesar 39,9 persen dan menurun menjadi 37 persen di tahun 2021.

Di saat yang bersamaan PLN juga harus kembali menghadapi oversupply sebab Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) juga mulai beroperasi.

"Kami harus menghadapi penurunan demand akibat COVID-19 sedangkan pembagkit 35 GW juga sudah sudah mulai beroperasi," lanjut Darmawan.

Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengakui perusahaan setrum pelat merah tersebut masih mengalami oversupply atau kelebihan pasok listrik.

Menurut dia, hal ini akan menjadi kendala saat perseroan melakukan transisi energi dari berbasis fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT).

Meski begitu, Erick menekankan bahwa transisi energi ke EBT tidak dapat terelakkan lagi. Hanya saja ada beberapa catatan yang harus diselesaikan pemerintah dan BUMN. Salah satunya yakni kelebihan pasok listrik.

"Itu kendala, tapi kan ketika tidak over supply penambahan listrik baru dengan EBT," katanya kepada wartawan.