Jokowi Kembali Panggil Kepala Badan Pangan ke Istana, Bahas Apa?
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi (rompi kuning). (Foto: Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali memanggil Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau NFA Arief Prasetyo Adi ke Istana Negara Jakarta, Senin, 6 Februari.

Pemanggilan ini bukan kali pertama, sebelumnya Arief juga sudah dipanggil pada akhir Januari lalu.

Lalu, apa yang dibahas dalam pertemuan tersebut?

Arief mengatakan, bahwa dalam pertemuan tersebut Presiden Jokowi membahas peran badan usaha milik negara (BUMN) pangan dalam membantu penyediaan stok hingga menjaga harga tetap stabil.

“Hari ini yang dibahas adalah mengenai integrasi BUMN di bidang pangan. Jadi bagaimana kita semua menyiapkan off taker,” kata Arief dikutip dari Instagram @badanpangannasional, Senin.

Pada kesempatan itu, kata Arief, Presiden Jokowi mengatakan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) akan fokusnya produksi, kemudian BUMN ditugaskan menjadi off taker.

“Maka enggak akan ada lagi harga jatoh di tingkat produksi di hulu, tinggal nanti bisa terintegrasi untuk menyiapkan itu semua,” jelasnya.

Arief mengatakan, untuk meningkatan penyerapan di tingkat BUMN pangan, tentunya diperlukan pendanaan.

Kata Arief, terkait hal ini akan dibahas Presiden Jokowi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

“Nanti ini akan dibicarakan oleh Pak Presiden, Menteri BUMN, dan juga Kemenkeu,” katanya.

Contohnya, kata Arief, mengacu pada Perpres 66/2021 Menteri BUMN memberi kuasa kepada Badan Pangan Nasional untuk memberikan penugasan kepada Perum Bulog, terkait jagung dan kedelai. Penugasan ini, sambung Arief, memerlukan dana.

“Poinnya adalah diberikan anggaran, jadi anggarannya ada dua. Pertama adalah APBN, yang satu lagi pendanaan dana murah dari Himbara. Tentunya ini skema kalau istilahnya Menteri Keuangan, dana murah. Berarti ada rate yang rendah. Nah ini perlu sinkronisasi dengan Bank Himbara dan Menteri Keuangan,” tuturnya>

Kemudian, sambung Arief, pada pertemuan tersebut juga dibahas mengenai kesiapan infrastruktur. Kata Arief, Jokowi sempat membandingkan dengan infrastruktur di luar negeri.

“Beliau menyampaikan kalau di luar negeri itu sudah siap alat-alat penyimpanan seperti cold room yang besar. Sehingga nanti untuk produk-produk yang memang bisa diperpanjang save life-nya dalam kondisi beku atau dingin bisa dipakai,” jelasnya.