Soal Tesla Kepincut Investasi EV, Komisi VII DPR: Jangan Sampai RI Jadi Pasar Saja
Mobil Listrik (Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah diketahui masih mengejar komitmen investasi Tesla, yakni salah satu perusahaan kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) milik salah satu orang terkaya di dunia, Elon Musk. Keputusan investasi tersebut dikabarkan akan muncul dalam waktu dekat ini.

Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno menegaskan, agar pemerintah memerhatikan kualitas investasi, dengan memprioritaskan keunggulan kompetitif atau competitive edge yang dimiliki Indonesia.

"Kami terus bicara tentang Tesla, tetapi kembali lagi competitive edge (Indonesia) apa, yang mana nilai kompetisinya, mulai dari UU yang ramah investasi, tetapi juga jangan lupa harus punya kualitas investasi yang baik," kata Eddy dalam peluncuran laporan Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA): "Menelisik Dinamika Industri Otomotif dan Kebijakan Kendaraan Listrik" di AONE Hotel Jakarta, Senin, 6 Februari.

Eddy mengingatkan, supaya pemerintah tidak terlena dalam mengundang investor. Menurutnya, jangan sampai pemerintah ketika mengundang investor, salah satunya Tesla, malah merugikan devisa negara dengan mengabulkan seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh Elon Musk, seperti penggunaan tenaga kerja, bahan baku, hingga pembagian dividen.

"Hal terburuknya, Indonesia pada akhirnya jadi pasar saja, tidak pernah menjadi basis ekspor," tegasnya.

Lebih lanjut, Eddy meminta pemerintah tidak lupa mempromosikan kekayaan sumber daya Indonesia, terutama terkait potensi cadangan nikel Indonesia yang terbesar di dunia mencakup 25-30 persen dari total produksi seluruh negara.

"Jadi, kami harus punya diplomasi kuat kalau bicara pengembanan baterai. Kami tidak boleh dalam kata petik menjual Indonesia murah," tandasnya.

Sekadar informasi, terdapat dua pabrikan otomotif yang gencar menggarap pasar kendaraan listrik di Indonesia, yakni Tesla dari Amerika Serikat dan Wuling dari China.

Sementara, raksasa otomotif dunia yang fokus pada segmen konvensional, seperti Toyota dan Honda, dinilai masih kurang agresif untuk memasarkan produk kendaraan setrum atau Electric Vehicle (EV).