Indonesia Punya Potensi Ekonomi Digital Tertinggi di ASEAN, Plt Kepala Bappebti Sayangkan Rendahnya Kecepatan Internet
Plt Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko. (Foto: VOI/Mery Handayani)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengungkapkan bahwa potensi ekonomi digital Indonesia sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Namun, permasalahannya adalah kecepatan internet di Indonesia justru termasuk yang paling rendah.

Plt Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko mengatakan, berdasarkan data Gross Merchandise Value (GMV) nilai ekonomi digital Indonesia tahun 2021 adalah 70 miliar dolar AS. Angka tersebut lebih tinggi dibanding GMV Thailand yang hanya 30 miliar dolar AS.

Lalu, di posisi ketiga ada Malaysia yang tercatat GMV-nya sebesar 21 miliar dolar AS. Kemudian, Vietnam sebesar 21 miliar dolar AS. Terakhir Filipina 17 miliar dolar AS.

“Dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya kita tampaknya potensinya yang lebih tinggi daripada negara-negara lain. Sekali lagi ini adalah potensi. Potensi bisa kita manfaatkan tetapi justru tantangannya bagaimana kita memanfaatkan itu,” katanya dalam konferensi pers, Rabu, 4 Januari.

Bahkan, lanjut Didid, Google juga memproyeksikan ekonomi digital Indonesia pada 2025 mendatang akan tumbuh mencapai 146 miliar dolar AS. Angka tersebut terbesar di Asia Tenggara.

“Ada beberapa faktor yang mempengaruhi misalnya kemunculan berbagai aplikasi investasi ritel ini akan tumbuh terus menurus. Adanya integrasi platform pembiayaan, ada kode refferal yang semakin mudah dan sebagainya,” ucapnya.

Berdasarkan survei 2020-2021, kata Didid, dari total populasi Indonesia 277 juta jiwa, sebanyak 72,02 persen menggunakan internet. Sementara, 89,03 persen dari populasi Indonesia telah mengakses internet menggunakan posel pintar atau gadget.

Meski begitu, Didid mengatakan yang menjadi permasalahan adalah kecepatan internet di Indonesia 34,5 Mbps, termasuk yang paling rendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Angka tersebut, sambung Didid, lebih rendah dari Filipina 103,3 Mbps. Kemudian, Malaysia 134,4 Mbps. Sementara, Thailand 254,1 Mbps dan Singapura 295,0 Mbps.

Karena itu, Didid menilai pemerintah perlu memperbaiki ekosistem digital Indonesia. Sebab, potensi ekonomi digital ini dapat berkontribusi pada pengembangan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.