JAKARTA - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan Indonesia akan menghentikan ekspor bijih bauksit mulai Juni 2023 untuk mendorong industri pengolahan dalam negeri.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, ketahanan bauksit Indonesia masih mencukupi hingga 90 sampai 100 tahun ke depan.
"Cadangan bauksit kita sebesar 3,2 miliar ton," ujar Airlangga yang dikutip Kamis, 22 Desember.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, setidaknya cadangan bauksit Indonesia saat ini merupakan 4 persen dari total cadangan dunia.
Sedangkan produksi bauksit Indonesia tercatat sebesar 4,3 persen dari total produksi dunia dan menempatkan Indonesia dengan cadangan bauksit nomor 6 terbesar di Dunia, setelah Guinea, Australia, Vietnam, Brasil, dan Jamaika.
Terkait kesiapan industri, lanjutnya, Indonesia telah memiliki empat fasilitas pemurnian bauksit yang sesuai dengan kapasitas Alumina sebesar 4,3 juta ton.
Pemurnian bauksit sendiri sedang dalam tahap pembangunan dengan kapasitas input sebesar 27,41 juta ton dan kapasitas produksi sebesar 4,98 juta ton.
"Cadangan bauksit kita besar 3,2 miliar ton dan ini bisa memenuhi kapasitas sebesar 41,5 juta ton, jadi dari jumlah smelter yang disiapkan 8 tersebut masih bisa 12 smelter lain,” kata Airlangga.
BACA JUGA:
Nantinya, lanjut dia, produk bauksit akan diolah dan masuk menjadi alumina kemudian akan diolah menjadi aluminium melalum pemurnian aluminum ingot.
"Dan dari situ turun ke turunannya dalam bentuk batangan atau flat. Tentu akan turun lagi ke industri yang sudah punya ekosistem yaitu permesinan dan konstruksi," jelasnya.
Airlangga menambahkan adanya kebijakan penghentian ekspor bauksit ini membuat pemerintah dapat menghemat devisa negara hingga 2 miliar dolar AS.
"Penghematan devisa yang 2 miliar dolar AS dari ekspor yang diperkirakan juga bisa mencapai nilai yang cukup signifikan di sekitar Rp 62 triliun,” pungkas Airlangga.