Dapat Marga Sidabutar, Erick Thohir: Keberagaman jadi Kekuatan Indonesia
Menteri BUMN Erick Thohir (Foto: Dok. Kementerian BUMN)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendapatkan anugerah yaitu diangkat sebagai anak oleh suku bangsa Batak dalam upacara adat Mangain Anak dan Mangalahat Horbo di Samosir, Sumatera Utara.

Kini, mantan Presiden Inter Milan ini resmi menjadi Putra Tomok dari Samosir dengan nama Erick Thohir Sidabutar.

"Ini menjadi kehormatan bagi saya untuk diangkat sebagai anak Keluarga Besar Harry Boss Sidabutar menjadi bagian dari Bangso Batak. Saya berharap, tali persaudaraan ini, seperti yang disampaikan oleh Opung Adian Napitupulu, dan Tulang saya, Tulang Mustar Manurung, persaudaraan adalah bukan pada saat kesenangan. Tetapi juga pada saat kesusahan," kata Erick dalam keterangan resmi, Minggu, 27 November.

Prosesi pemberian marga Batak tersebut bertepatan dengan diselenggarakannya Festival Tao Toba Heritage di Hotel Lopo Samosir.

Adapun festival ini digelar untuk mengajak warga mengekspolrasi Danau Toba (Tao Toba) dalam satu hari penuh dengan Cultural Experience, Music Festival, UMKM Booth, serta Fun Ride & Visit Toba Heritage.

Erick pun mengajak seluruh komponen bangsa untuk menjadikan perbedaan suku bangsa, budaya, dan letak geografis yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau sebagai sebuah kekuatan.

"Jangan pernah bertanya siapa kita. Karena kita adalah campuran dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Tetapi yang harus kita tanyakan adalah, apa yang sudah diperbuat bagi bangsa kita," katanya.

"Kita harus membuat keberagaman ini menjadi sebuah kekuatan. Jangan selalu menjadi pertanyaan, yang terus dipertanyakan ketika kita ingin terjadi konflik," sambungnya.

Pada kesempatan itu, Erick mengajak warga Samosir mengingatkan kembali nasib negara-negara besar yang harus terpecah belah karena tidak mampu memperkuat persatuan dari keberagaman yang mereka miliki.

Salah satu contohnya adalah Yugoslavia yang kini terpecah-pecah menjadi beberapa negara Balkan.

"Sebagai contoh, lihatkan Yugoslavia. Presidennya, Josip Broz Tito, adalah sahabat Presiden Pertama kita, Presiden Soekarno. Akibat banyak dorongan, akhirnya terpecah-pecah menjadi berbagai negara. Sama juga dengan Suriah yang negaranya terpecah-pecah. Itu tidak menguntungkan," tegas Erick.

Sebagai negara yang kuat dan bersatu, kata Erick, Indonesia memiliki potensi yang cerah karena telah memiliki modal ekonomi yang penting. Namun, potensi itu akan terganggu apabila Indonesia terjerumus pada perpecahan yang dapat menekan percepatan pertumbuhan ekonomi.

"Tidak mungkin perekonomian tumbuh jika Indonesia gonjang-ganjing. Padalah pertumbuhan ekonomi itulah yang menciptakan lapangan pekerjaan. Ini yang harus kita jaga," ujarnya.