Bagikan:

BALI - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bahwa neraca perdagangan sektor minyak dan gas bumi (migas) bakal mengalami defisit. Bahkan angkanya disinyalir mendekati 2 miliar dolar AS atau setara Rp31,2 triliun (asumsi kurs Rp15.600).

Dari sisi neraca perdagangan secara umum, kata Airlangga, mencatatkan surplus sekitar 5 miliar dolar AS atau setara Rp78 triliun. Tepatnya, surplus ini menyentuh 5,6 triliun dolar AS di Oktober 2022.

"Sekarang ini ekspor kita positif 5 miliar dolar AS namun neraca pada migas itu secara bulanan itu negatif bisa mendekati 2 miliar dolar AS," ujarnya dalam 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) 2022 di BNDCC, Nusa Dua, Bali, dikutip dari Antara, Jumat 26 FedemnKamis, 24 November.

Airlangga menginginkan industri hulu migas mampu mencatatkan pertumbuhan positif ke depannya.

Salah satunya dengan cara mendorong tingkat investasi ke lapangan-lapangan migas di dalam negeri.

Lebih lanjut, Airlangga mengatakan, kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, badan usaha baik milik swasta, maupun milik negara dan kontraktor migas diharapkan bisa lebih baik lagi agar target yang dicanangkan dapat tercapai.

"Target tersebut tentunya sangat berpegaruh pada penrimaan negara di APBN dan juga terhadap ekspor indonesia," tuturnya.

Mantan Menteri Perindustrian ini juga memandang, persoalan insentif bagi pengusaha yang minat untuk menggarap potensi migas Indonesia perlu jadi perhatian.

Tujuannya, lanjut dia, meningkatkan kenyamanan investor di dalam negeri.