Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan swasta Indonesia, Whitesky Group, menggandeng perusahaan Kanada Sinobec Trading Inc, untuk mengeksplorasi profil investasi dalam mengembangkan 16 bandar udara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I (Persero).

Kerja sama ini merupakan kelanjutan perjanjian kerja sama dengan PT Angkasa Pura (AP) I yang dilakukan di sela-sela perhelatan B20 di Bali, beberapa waktu lalu.

"Ini merupakan titik awal di mana kedua belah pihak akan melakukan kajian untuk membuat pola investasi di bandara yang dikelola oleh PT. AP I," kata CEO and Pendiri Whitesky Group, Denon Prawiraatmadja, dikutip dari Antara, Senin 21 November.

Hal itu disampaikan usai dirinya bersama President dan CEO Sinobec Group John Lee menandatangani kerja sama bisnis untuk mengembangkan 16 bandara yang dikelola PT Angkasa Pura I.

Tujuan kerja sama ini adalah untuk menekan biaya operasional bandara yang dikelola oleh PT. AP I sehingga bisa lebih efisien dan mempunyai daya saing dalam mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat Indonesia.

Seperti yang diketahui bahwa dengan tinggi biaya operasional di bandar udara akan berdampak kepada tarif tiket maskapai, yang juga pada akhirnya akan terbebani oleh para calon penumpang yang ingin menggunakan jasa transportasi udara.

Adanya kerja sama investasi ini akan menekan biaya yang akan dikeluarkan oleh bandara yang berpengaruh kepada para operator penerbangan, sehingga bisa berdampak kepada keringanan biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat pengguna jasa bandar udara.

Denon juga mengatakan dalam kerja sama ini Whitesky Group selain menjadi mediator antara PT AP I dengan Sinobec juga menjadi akan ikut berinvestasi dalam pengembangan bandara-bandara yang akan dikerjasamakan nantinya. Hal ini diharapkan akan dapat lebih memberikan keuntungan kepada semua pihak yang terlibat dalam investasi tersebut.

Sebelumnya antara Whitesky Group dengan Pemerintah Kanada telah terjalin kerja sama yang baik, di mana telah terjalin kerja sama antara Whitesky Group dengan Canadian Commercial Corporation (CCC) untuk melakukan studi dalam pengembangan green airport di Kalimantan Utara (Kaltara).

Terkait bandara yang akan dikerjasamakan, kata Denon, masih dalam pembahasan dan pemilihan bandara-bandara mana saja yang dikembangkan di dalam kerja sama ini, untuk lebih tepatnya lagi akan diumumkan oleh pihak PT AP I. Namun yang jelas akan ada empat lokasi dengan rencana total investasi sekitar 600 dolar AS.

John Lee mengatakan, dipilihnya Indonesia sebagai mitra kerja sama ini antara lain negara itu memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti sinar matahari dan berbagai bahan mineral sehingga sagat berpotensi mengembangkan bandara berwawasan lingkungan.

"Saya menilai potensi kerja sama ini dengan pihak Indonesia sangat besar dan akan berlanjut terus di masa datang," kata John Lee.