JAKARTA - Industri kelapa sawit dari hulu dan hilirnya itu merupakan padat tenaga kerja. Data tahun 2021, ada sekitar 16,38 juta hektare untuk usaha perkebunan dan 6,9 juta hektar untuk sawit rakyat. Oleh karena itu, sektor kelapa sawit harus dikelola sedemikian rupa karena hulunya sangat padat dengan tenaga kerja.
Jika hilirisasi kelapa sawit dapat dilakukan dengan baik, akan mampu mengungkit perekonomian pasca covid saat ini sehingga apa yang terjadi, bisa mengatasi dampak covid.
Anggota Komisi IV DPR RI Ibnu Multajam mengatakan Indonesia sudah waktunya mendorong hilirisasi lebih masif. Hilirisasi ini membutuhkan blue print sehingga program ini terlihat terencana dengan baik yang dampaknya akan membantu perekonomian Indonesia.
"Hilirisasi kelapa sawit akan berdampak sangat besar terhadap perekonomian nasional. Sebab, perekonomian Indonesia salah satu pengungkitnya tenaga kerja dari sektor padat tenaga kerja," katanya.
Tantangan hilirisasi memang sangat banyak, salah satunya adalah blur print tentang fungsi hilirisasi kelapa sawit mau dijadikan apa. Memang ada biodiesel yang sekarang sudah mencapai 40 persen, tetapi hilirisasi sektor lainnya belum ada.
BACA JUGA:
Dia berharap pemerintah segera membuat blue print minyak kelapa sawit mau dijadikan apa. Ekspornya tidak hanya dalam bentuk CPO, tetapi turunanya kelapa sawit apa saja. Jika ini sudah ada, maka hilirisasi kelapa sawit dapat terencana dengan baik.
Peta jalan hilirisasi kelapa sawit akan lebih maksimal sehingga industri hilir kelapa sawit bisa hidup dan sektor hulunya bisa hidup. Selain itu, kampanye negatif bahwa sawit itu merusak lingkungan harus segera diatasi.
Untuk mendukung proses hilirisasi, diperlukan pemisahan program. Sektor hulu, harus bisa menjawab kampanye negatif kelapa sawit. Sementara sektor hilir diberikan insentif yang menarik agar investasi di sektor hilir ini menjadi lebih menarik.