PLN Gaet JICA untuk Perbarui Perkiraan Kebutuhan Listrik Indonesia
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo (tengah) saat menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan tujuan memperbarui perkiraan kebutuhan listrik pada 2060. (Foto: Dok. PLN)

Bagikan:

JAKARTA - PT PLN (Persero) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan tujuan memperbarui perkiraan kebutuhan listrik pada 2060 untuk mencapai net zero emission.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, kerja sama ini juga merupakan bagian dari studi percepatan transisi energi di Indonesia.

“Kami berharap MoU studi percepatan transisi energi dengan JICA, mampu menganalisis informasi tentang masalah dan tindakan kebijakan untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis, 3 November.

Darmawan menjelaskan, kolaborasi PLN dengan JICA ini juga diharapkan dapat menghasilkan perencanaan sistem tenaga listrik yang stabil dengan pemanfaatan energi baru terbarukan.

Tidak hanya itu, kedua belah pihak sepakat untuk menandatangani MoU sebagai landasan dalam percepatan Transisi Energi di Indonesia sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan sumber daya di bidangnya, dengan melakukan pertukaran data dan melalui koordinasi bersama para pemangku kepentingan untuk mendukung kepentingan studi tersebut.

JICA adalah badan pelaksana bantuan pembangunan resmi Jepang atau Official Development Assistance (ODA) dengan tujuan mendukung pembangunan sosial ekonomi, pemulihan atau stabilitas ekonomi di negara berkembang.

Darmawan menambahkan, PLN membuka kolaborasi seluas-luasnya guna menghadapi krisis energi dan perubahan iklim.

Kolaborasi ini penting, mengingat aliansi strategis mutlak diperlukan guna membangun kapasitas energi nasional demi mengembangkan teknologi pembangkit yang ramah lingkungan yang tujuannya terkait dengan Sustainable Development Goals (SDGs), Perubahan iklim dan infrastruktur yang berkualitas.

“Menuju net zero emission 2060, diperlukan teknologi yang dapat menggantikan pembangkit fosil untuk memikul beban dasar maupun menunjang stabilitas sistem, termasuk suplai listrik untuk daerah remote atau kepulauan,” pungkasnya.