JAKARTA - PT Hutama Karya (Persero) menyebutkan ruas jalan tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) masih dilalui sekitar 1.700 kendaraan roda empat per hari, dan masih jauh dari target perencanaan bisnis yang mencapai 4.198 kendaraan per hari.
“Secara business plan masih jauh, target kita per hari sebanyak 4.198 kendaraan, sedangkan realisasi saat ini antara 1.600-1.700 kendaraan,” kata Branch Manajer Tol Sibanceh PT Hutama Karya Jarot Seno Wibawa di Kabupaten Aceh Besar, dikutip dari Antara, Jumat 21 Oktober.
Ia menjelaskan saat ini ada tiga dari total enam seksi tol Sibanceh yang telah beroperasi yakni seksi 2 Seulimeum – Jantho dengan panjang 6,35 km, Seksi 3 Jantho – Indrapuri 16 km, dan Seksi 4 Indrapuri – Blang Bintang 14 km.
“Angka trafik cukup meningkat sebagai efek pembukaan seksi 2 Seulimeum-Jantho, karena dari jalan lintas cukup dekat, jadi pengguna cukup tertarik untuk masuk, lebih merasa dipersingkat (waktu tempuh) saat memasuki jalan tol,” kata Jarot.
PT Hutama Karya selaku pengembang dan pengelola Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Sibanceh berkomitmen untuk terus mempercepat penyelesaian pembangunan agar dapat tersambung seutuhnya dengan total nanti akan terbentang sepanjang 74,2 km.
Sementara itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta agar Pemerintah Aceh ikut mendorong bagaimana memunculkan kebangkitan ekonomi di sekitar jalan tol sehingga bisa meningkatkan volume trafik kendaraan yang signifikan untuk jalan tol Sibanceh.
“Eksistensi tol Sibanceh ini harus dijaga dengan betul, baik oleh pemerintah daerah dan juga masyarakat, karena ini merupakan kebanggaan bagi Aceh,” kata Ketua YLKI Tulus Abadi.
Ia menyebut saat ini volume trafik pengguna jalan tol Sibanceh masih sangat rendah. Pendapatan tol Sibanceh hanya secara maksimal sekitar Rp70 juta per hari.
BACA JUGA:
“Ini tentu sangat minim dengan investasi dan biaya operasional yang dikeluarkan,” kata Tulus.
Karena, kata dia, urat nadi jalan tol adalah volume trafik. Tentu hal tersebut menjadi tantangan bagi seluruh jalan tol di Indonesia di luar Pulau Jawa, baik di Manado, Sulawesi, Kalimantan dan juga Sumatera.
“Saya kira pemerintah pusat sudah membangun jalan tol ini dengan sangat mahal biayanya. Karena itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin, sehingga betu-betul bisa mengembangkan ekonomi mikro mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat,” katanya.