Bagikan:

JAKARTA - PT Pupuk Kaltim, salah satu BUMN di Kalimantan Timur, membangun kawasan pertanian modern yang terpadu dan berkelanjutan dengan konsep "Smart Green House" di atas lahan seluas 1.000 meter persegi di Kabupaten Kutai Timur.

"Program Smart Green House ini kami laksanakan dengan menggandeng kelompok tani (poktan) binaan, yakni Poktan Qoriyah Mubarokah di Desa Suka Rahmat, Kecamatan Teluk Pandan, Kutai Timur," ujar Vice President Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pupuk Kaltim Anggono Wijaya di Bontang, dikutip dari Antara, Rabu 7 September.

Program ini digagas dalam upaya mendorong terwujudnya pertanian terpadu dan berkelanjutan, melalui implementasi pertanian presisi dengan pendampingan optimal.

Konsep pertanian ini dilaksanakan melalui sistem pentahelix di atas lahan seluas 1.000 meter persegi di kawasan pertanian milik Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah, melibatkan berbagai unsur masyarakat hingga pemerintah dalam mewujudkan inovasi melalui kolaborasi aktif dan saling sinergi.

Melalui program ini diharapkan tidak hanya mampu mendorong tata kelola pertanian secara optimal, tapi juga memberi nilai tambah bagi petani dan masyarakat sekitar.

Secara konsep, katanya, Smart Green House akan dikembangkan menjadi potensi agrowisata unggulan di Provinsi Kaltim, sekaligus sebagai sarana edukasi bagi masyarakat terkait tata kelola pertanian secara terintegrasi.

Selain memulai pembangunan Smart Green House, tahap awal pengembangan program juga dilaksanakan melalui budidaya sawah surjan oleh kelompok tani binaan, yang merupakan inisiasi pertama di Kaltim.

"Hal ini kami lakukan karena melihat kondisi lahan pertanian di kawasan Ponpes Hidayatullah cocok untuk berbagai jenis tanaman pangan, palawija dan hortikultura," katanya.

Melalui sistem sawah surjan, petani binaan didorong untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dalam satu lahan pada berbagai komoditas, yakni dengan sistem tanam selang seling.

Pola yang diterapkan adalah pada musim kemarau karena petani tidak dapat menanam padi, maka diganti palawija, kemudian pada musim hujan, sawah bisa digenangi air secara baik untuk ditanami komoditas padi.

"Dalam implementasinya sudah diawali dengan membekali petani binaan untuk pengelolaan lahan sawah surjan, termasuk berbagai dukungan langsung agar gagasan ini berjalan maksimal," ucap Anggono.