Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah mengambil langkah cepat dan tepat dalam menangani pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung dalam tiga tahun belakangan ini.

Menurut dia, keputusan paling krusial terjadi saat awal-awal pandemi terdeteksi di dalam negeri. Pasalnya, situasi COVID-19 merupakan sebuah krisis yang memiliki dampak ke berbagai sektor dan tidak hanya pada masalah kesehatan. Hal ini diungkap dia ketika memberikan kuliah umum di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) dan National University of Singapore (NUS).

“Ketika itu, tidak ada kebijakan yang dapat langsung diimplementasikan karena kita tidak pernah mengalami krisis kesehatan seperti pandemi sebelumnya. Sehingga Pemerintah Indonesia benar-benar harus menciptakan kebijakan baru yang tepat untuk menghadapi COVID-9,” ujarnya dalam keterangan tertulis awal pekan ini.

Menurut Airlangga, pemerintah lantas merancang dan menerapkan kebijakan ‘gas dan rem’ untuk upaya pengendalian wabah sekaligus langkah perlindungan ekonomi.

Selain itu, negara juga melakukan reformasi struktural yang merupakan pilar ketiga dalam kerangka strategi saat itu.

"Saya merupakan orang yang percaya bahwa periode krisis merupakan kesempatan yang tepat untuk melakukan reformasi struktural pada ekonomi domestik,” tuturnya.

Pada kesempatan tersebut, Airlangga mengakui perbedaan ketika memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa Indonesia dibandingkan ketika di hadapan mahasiswa asing, dalam hal ini Singapura.

"Dalam kuliah umum di Indonesia, memaparkan strategi penanganan COVID-19 menjadi lebih mudah karena mahasiswa mengalami kebijakan itu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa relate. Sementara di hadapan mahasiswa asing, saya ada misi khusus yaitu menjelaskan mengenai kehebatan bangsa Indonesia," ujarnya.

Dengan sekitar 17.000 pulau dan tantangan yang luar biasa dalam pendistribusian vaksin dan juga obat-obatan, sehingga benar-benar membutuhkan kerjasama yang luar biasa dari seluruh masyarakat," lanjut Airlangga.

Sesi kuliah umum kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh peserta yang hadir seluruhnya secara luring di auditorium.

Para peserta dalam ruangan berkapasitas 500 tersebut juga terlihat penuh antusias mengikuti kuliah umum hingga pukul 9 malam waktu setempat.

Salah satu pertanyaan mengundang cukup banyak perhatian dari audiens yakni mengenai kemungkinan kenaikan harga makanan kemasan mi instan produksi Indonesia akibat perang Ukraina dan Rusia.

“Meski perang Ukraina dan Rusia yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir turut mempengaruhi harga komoditas dan juga gandum, untuk harga mi instan tercatat masih relatif stabil,” tegas Menko Airlangga.