JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poins (bps) menjadi 3,75 persen. Hal serupa juga diterapkan untuk suku bunga deposit facility dari sebelumnya 2,75 persen menjadi 3,00 persen dan lending facility dari 4,25 persen menjadi 4,50 persen.
Menyikapi hal ini, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi mengungkapkan langkah yang diambil oleh bank sentral ini telah sejalan dengan strategi bank sentral dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi COVID-19.
Junaidi menyatakan bahwa kondisi likuiditas dan fungsi intermediasi perbankan domestik saat ini masih terjaga dalam level yang baik. Kendati demikian, potensi peningkatan Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Indonesia pada September 2022 tetap perlu dicermati.
"Namun, kebijakan moneter dan peningkatan suku bunga acuan BI 7DRRR sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen yang dilakukan Bank Indonesia (BI) menurutnya telah sejalan dengan strategi bank sentral dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi COVID-19," ujarnya dalam Market and Investment Outlook 2022 di Jakarta, Kamis 25 Agustus.
Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini, diproyeksi masih mampu mencapai target yang dicanangkan pemerintah, yaitu sebesar 5,2 persen. Optimisme itu merujuk pada pertumbuhan ekonomi kuartal kedua mencapai 5,44 persen, serta penerapan sejumlah program dalam mengendalikan tingkat inflasi di paruh kedua 2022.
Sementara itu Bank Indonesia juga memperkirakan tingkat inflasi hingga akhir 2022 akan berada di level 5,24 persen dengan core inflation 4,15 persen yang utamanya terkait adanya potensi tekanan dari peningkatan komoditas energi dan bahan pangan.
BACA JUGA:
Junaidi menambahkan, meski inflasi tinggi, BI juga menyatakan bahwa tingkat inflasi ini hanya bersifat sementara dan akan kembali ke level sesuai target 3 persen pada tahun 2023.
Sementara itu untuk sektor investasi, Direktur Utama Mandiri Investasi Aliyahdin Saugi menjelaskan dalam menyikapi dan melakukan strategi di tengah kondisi IHSG yang fluktuatif dalam mengelola asset kelolaan Mandiri Investasi tidak bersikap reaktif, namun sudah mengantisipasi kondisi market seperti yang terjadi sekarang dengan cara menyiapkan product yang sesuai dengan kebutuhan investasi nasabah.
"Tentu dengan kondisi volatile tidak akan memengaruhi investor yang memiliki time horizon yang panjang, namun untuk investor dana jangka pendek dan menengah dapat melakukan asset alokasi ke pendapatan tetap atau money market," lanjutnya.
Adi menambahkan, sebagai negara emerging market serta kestabilan ekonomi dan fiskal yang kuat tentu Indonesia merupakan negara yang sangat menarik untuk menjadi tempat investasi para manajer investasi global. Hal ini juga terlihat dari rasio PE rata-rata saham di Indonesia yang masih jauh di bawah negara maju, yang artinya masih memiliki potensi pertumbuhan yang sangat tinggi.
"Tim riset Mandiri Investasi memperkirakan IHSG di akhir 2022 berada di kisaran 7.800-8.100. Masih ada peluang kenaikan di kisaran ada 600-1000 poin. Namun tentu banyak faktor global yang dapat memengaruhi pergerakan IHSG tersebut, baik domestik maupun secara global," bebernya.