Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengajak masyarakat khususnya yang tinggal di DKI Jakarta untuk beralih dari kompor liquefied petroleum gas (LPG) ke kompor induksi listrik.

Peralihan ke kompor induksi ini diharap dapat mengurangi penggunaan energi berbasis impor.

Koordinator Harga Tenaga Listrik Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Ferry Triansyah mengungkapkan, setiap tahun harga LPG kian meningkat. Di sisi lain, pemerintah berkewajiban memberikan subsidi harga LPG bagi masyarakat yang kurang mampu sehingga besaran subsidi kian meningkat.

Kompor induksi dinilai mampu mengurangi gap devisa negara dengan memanfaatkan penggunaan energi listrik yang tersedia dengan kapasitas cukup di Indonesia.

Program kompor induksi ini disebut sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan ketahanan energi nasional.

"Impor LPG kita itu kurang lebih 77 persen. Antisipasinya adalah bagaimana penggunaan energi dari gas LPG beralih ke energi listrik untuk meningkatkan ketahanan energi dan mengurangi energi berbasis impor," ujarnya kepada media, Jumat 5 Agustus.

Menurut Ferry, Pemerintah bersama dengan PT PLN (Persero) telah melakukan pilot project konversi kompor LPG ke kompor induksi di Solo dan Bali pada masing-masing 1.000 keluarga penerima manfaat dengan daya golongan listrik 450 VA dan 900 VA.

"Pilot project kompor induksi sudah dilakukan di Solo dan Bali, masyarakat diberikan kompor induksi dan di setting listriknya untuk menyesuaikan kebutuhan kompor induksi tanpa mengubah daya yang sebelumnya sudah kontrak dengan PLN," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jakarta Raya Doddy B Pangaribuan PLN menyampaikan, PLN menyambut rencana konversi kompor LPG ke kompor induksi yang dicanangkan pemerintah.

Ia mengatakan, melalui pilot project yang telah dilakukan di Solo dan Bali, masyarakat penerima manfaat memberikan testimoni positif dan mendukung program ini.

"Menyambut rencana konversi pemerintah, sudah ada pilot project di kota Denpasar dan Solo dan menunjukan hasil memuaskan, testimoni semua positif, semua mendukung. Testimoni menyebutkan konversi ini lebih mudah, murah, nyaman dan keren," ungkap Doddy.

Terkait besaran daya listrik, khusus untuk keluarga penerima manfaat menurut Doddy masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan kemampuan daya listriknya saat menggunakan kompor induksi.

"Saya selalu dapat pertanyaan bagaimana listriknya tidak cukup, pelanggan tidak perlu khawatir listrik di rumah tidak cukup saat memasak dengan kompor induksi, karena khusus penerima manfaat diberikan jalur khusus memasak di dapur sekitar 2.800 watt yang hanya dapat digunakan untuk memasak dengan kompor induksi," jelas Doddy.

Peneliti Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) M. Indra Al Irsyad menyebutkan bahwa negara luar telah terbiasa menggunakan kompor induksi listrik ini.

Ia berharap, penggunaan kompor induksi segera dapat diimplementasikan di Indonesia.

"Sebelumnya telah dilakukan studi di 13 negara mengenai penggunaan kompor induksi, hasilnya responden sepakat memasak menjadi lebih hemat, lebih cepat, lebih bersih dan lebih nyaman,"ujar Indra.