Bagikan:

JAKARTA - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) terus mendorong peningkatan kapasitas masyarakat akar rumput yang berada di sekitar area operasional perusahaan melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan atau TJSL.

Manager Social Performance PHR Pinto Budi Bowo Laksono mengatakan program itu menyasar bidang lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

"Kami memiliki komitmen yang tinggi tidak hanya dari sisi operasional sebagai penyumbang salah satu migas terbesar di Indonesia, tetapi bagaimana keberadaan kami juga memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar melalui pemberdayaan masyarakat dengan program tersebut," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Jumat.

Pinto menjelaskan, prioritas program TJSL adalah masyarakat di sekitar wilayah operasi di mana Pertamina Hulu Rokan mengerjakan kegiatan-kegiatan operasional penambangan minyak dan gas bumi di tujuh kabupaten/kota di Provinsi Riau, yakni Pekanbaru, Siak, Kampar, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Bengkalis, dan Dumai.

Ketika menjalankan program di bidang ekonomi, PHR menjalankan pelatihan vokasi, sertifikasi tenaga kerja, bekerja sama dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

"Orang-orang yang kami sasar adalah pemuda setempat yang ada di sekitar wilayah operasi, baik secara langsung maupun tidak langsung," jelas Pinto.

Dukungan tidak langsung dilakukan dengan memberikan pelatihan kewirausahaan atau entrepreneurship untuk masyarakat sekitar.

Dukungan itu bisa saja tidak berdampak langsung kepada bisnis PHR, tapi entrepreneurship itu mendorong masyarakat untuk membuka usaha yang berimbas langsung mendukung kegiatan perseroan.

Sementara itu, dukungan langsung diberikan melalui pelatihan operator alat berat, operator K3 migas, hingga juru las.

Pinto mengungkapkan, dukungan langsung itu menciptakan sumber daya manusia dari masyarakat akar rumput yang berkualitas, bersertifikat, serta memiliki kompetensi dan kepiawaian untuk ikut berkecimpung dalam kegiatan operasional Pertamina Hulu Rokan.

"Dengan adanya binaan UMKM, ini semuanya konten lokal, jadi ini ada keterkaitan. Binaan-binaan UMKM ini juga mendukung dari sisi kegiatan kami, seperti penyediaan katering saat acara maupun pakaian operasional," ucap Pinto.

"Itu bagian daripada penguatan kapasitas yang kami berikan. Artinya apa? UMKM ini bisa berkompetisi dari sisi skills, kompetensi, maupun kapasitas, sehingga mereka bisa ikut bersaing dari sisi kualitas dari sisi pengemasan dan sebagainya," imbuhnya.

PHR mengalokasikan dana sekitar Rp23 miliar untuk program TJSL yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan juga ekonomi.

Kegiatan TJSL mendukung prioritas pembangunan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat melalui RPJMD maupun RPJMN.

Pinto menyampaikan, program TJSL sejatinya tidak menggantikan peran pemerintah tetapi membantu mendukung pemerintah. Hal ini selaras dengan prioritas pengembangan pemerintah.

"Program ini juga sejalan dengan ESG dari Pertamina dan pencapaian target SDGs. Jadi, semua program CSR kami selaraskan dengan prioritas SDGs," ujarnya.

Sampai Mei 2022, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) PHR telah mencapai 68,3 persen dengan porsi konten lokal material sebesar 20 persen dan konten lokal jasa 75 persen.

Dalam Forum Kapasitas Nasional II SKK Migas yang digelar di Jakarta pada 27-28 Juli 2022, Pertamina Hulu Rokan membawa tiga UMKM binaan, yakni Sentra Budaya dan Ekonomi Kreatif Melayu Riau, batik dari Sekolah Luar Biasa Negeri, serta mitra binaan bank sampah. Mereka menampilkan beragam capaian di bawah binaan PHR.

Koordinator Pengelola Sentra Budaya dan Ekonomi Kreatif Melayu Riau Wan Irzawati mengungkapkan, kehadiran Pertamina Hulu Rokan telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan dan pertumbuhan UMKM di bumi Lancang Kuning tersebut.

Program TJSL PHR tidak hanya memberikan bantuan di awal, tetapi melakukan pendampingan secara terus menerus.

Apabila PHR ada tamu atau mengadakan kegiatan, perusahaan mengalihkan seluruh kebutuhan kepada Sentra Budaya dan Ekonomi Kreatif Melayu Riau yang menaungi lebih dari 400 UMKM, seperti cenderamata, makanan dan minuman.

"Kami baru berdiri Juli 2021, tapi dalam masa satu tahun ini kami sudah sangat terbantu. sebelumnya, omzet kami hanya sekitar Rp20 juta per bulan, tapi sekarang omset paling rendah berada pada angka Rp120 juta per bulan," ucap Irzawati.