JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyebut bahwa inflasi saat ini yang meningkat karena tingginya tekanan sisi penawaran seiring dengan kenaikan harga komoditas dunia dan gangguan pasokan.
Gubernur BI Perry Warjiyo bahkan mengungkapkan jika level inflasi di dalam negeri bisa mencapai 4,6 persen pada akhir tahun nanti. Angka tersebut berarti telah melampaui target yang ditetapkan untuk 2022, yakni sebesar 3 persen plus minus 1 persen.
Meski demikian, Perry optimistis tingkat inflasi bakal kembali melandai pada tahun depan dan diyakini akan berada pada kisaran target.
“Inflasi IHK (indeks harga konsumen) pada 2022 diperkirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran. Inflasi akan kembali ke dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada 2023,” ujarnya saat memberikan keterangan pers melalui kanal daring pada Kamis, 21 Juli.
Dijelaskan oleh Perry jika IHK pada Juni 2022 tercatat inflasi sebesar 0,61 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi IHK Juni 2022 tercatat 4,35 persen (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,55 persen (yoy).
BACA JUGA:
“Inflasi inti tetap terjaga sebesar 2,63 persen (yoy) didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi,” tuturnya.
Sementara itu, inflasi kelompok volatile food meningkat, terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan akibat cuaca.
Inflasi kelompok administered prices juga masih tercatat tinggi dipengaruhi oleh inflasi angkutan udara dan energi.
“Ke depan, tekanan inflasi IHK diperkirakan meningkat, didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan global,” katanya.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID),” tutup Gubernur BI Perry Warjiyo.