Bagikan:

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia ikut menanggapi persoalan harga minyak goreng yang masih mahal di pasaran.

Bahlil menilai hal ini lantaran masih banyak oknum pengusaha yang nakal yang membuat harga tak kunjung turun.

Menyikapi hal itu, Bahlil menjelaskan, pemerintah sudah memanggil pengusaha-pengusaha untuk menurunkan harga minyak goreng.

Salah satunya dengan menerapkan kewajiban memenuhi pasokan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO).

"DMO itu untuk menjamin ketersediaan suplai bahan baku industri dalam negeri agar harganya terjangkau, tapi apa yang terjadi? Masih ada oknum-oknum pengusaha yang kelakuannya masih seperti itu, belum insaf-insaf," kata Bahlil dikutip Selasa, 12 Juli.

Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan, karakteristik pengusaha yakni mencari keuntungan sebesar-besarnya.

Namun, Bahlil menilai, tidak seharusnya pengusaha bermain-main dengan kebutuhan pokok masyarakat.

Karena itu, ia mengajak para pengusaha untuk membantu pemerintah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini adalah minyak goreng.

"Harapannya ke depan ayolah untuk persoalan rakyat sudah, jangan kita main-main, Silakan main-main untuk urusan yang tidak bersentuhan langsung kepada rakyat," ujarnya.

Bahlil memastikan pemerintah sudah berpengalaman untuk menertibkan pengusaha nakal yang menggunakan berbagai cara agar mendapatkan keuntungan besar dari industri minyak goreng maupun kelapa sawit ini.

"Inilah yang harus ditertibkan oleh Pak Mahfud (Menko Polhukam ). Enggak semuanya pengusaha itu bagus. Jujur saja, masih ada satu-dua pengusaha membuat kita pusing sejujurnya," tuturnya.

Berdasarkan data hasil survei nasional Indikator Politik Indonesia, harga minyak goreng masih belum sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yaitu sebesar Rp14.000 per liter.

Di mana sekitar 70 persen responden mengungkap harga minyak goreng masih kurang atau tidak terjangkau sama sekali.

Untuk minyak goreng curah hanya 9,6 persen pengguna yang mengaku harganya sesuai dengan HET.

Sementara 36,2 persen pengguna membeli minyak goreng curah per liter di harga Rp15.000 hingga Rp19.000.

Bahkan ada 16,8 persen yang menggunakan minyak goreng curah dengan harga Rp20.000 sampai Rp24.000 lebih.

Sedangkan untuk harga minyak goreng kemasan 33,4 persen pengguna menemukan harganya masih Rp20.000 sampai Rp25.000 per liter.

Sementara, 38,7 persen mengakui di rentang Rp25.000 hingga 30.000 per liter.

Kemudian, 5 persen mengakui harganya masih Rp30.000 sampai Rp35.000 per liter.